Ikan asin, apa yang ada dibenak kita  ketika mendapati  dua kata tersebut? Sebagian besar dari kita mungkin akan menolehnya sebelah mata karena menganggap Ikan Asin hanyalah makanan masyarakat kelas bawah yang tak memiliki gizi tinggi dan sudah pasti tak akan ada dalam daftar menu restauran elite.
Bahkan dalam konotasi lain, ikan asin kerap diasosiasikan dengan kata hinaan, mungkin kita semua masih ingat dengan perseteruan antara pesohor Galih Ginanjar dan istrinya Fairuz Al Rafiq.
Gara-gara mengatai Fairuz dalam berhubungan intim layaknya "Ikan Asin" ia harus menghadapi konsekuensi hukum
"Kalau yang onoh (mantan istrinya Fairuz) lu tau kan? Buka tudung saji, ah ikan asin, tutup lagi," kata Galih Ginanjar, seperti dilansir Grid.id.
Ujaran "ikan asin" Galih ini kemudian diadukan oleh Fairuz ke pihak kepolisian dengan sangkaan pencemaran nama baik.
Dan Hakim mengganjar Galih dengan hukuman penjara  2 tahun 4 bulan lantaran kata ikan asin tersebut.
Bayangkan segitu rendahnya "ikan asin" diposisikan, hanya mengatai seseorang  "seperti' ikan asin harus dihukum karena terbukti mencemarkan nama baik.
Memang jika mencium baunya, ikan asin tak sedap tapi apa bedanya dengan keju, beberapa jenis keju pun baunya bahkan melebihi bau tak ssdap ikan asin, tapi citra keju tetap saja oke, tak seperti ikan asin.
Padahal pada kenyataannya, nilai ikan asin itu tak serendah itu, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Selain itu, meski kerap dipandang makanan tak berkelas, ikan hasil olahan ini mengandung nutrisi yang bagus buat kesehatan tubuh.
Menurut sumber referensi yang saya dapatkan, ikan asin kering mengandung energi sebanyak 193 kalori, dengan protein 42 gram dan rendah lemak hanya 1,5 gram.