Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apapun Masalahnya, Ujungnya Diseret ke Politik Elektabilitas

11 Februari 2022   09:59 Diperbarui: 11 Februari 2022   10:19 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam delapan tahun belakangan, pasca polarasi masif akibat pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah. Apapun masalahnya selalu ujungnya ditarik ke ranah politik elektabilitas.

Terakhir, keriuhan akibat sengketa pertanahan antara sebagian warga Desa Wadas dengan Pemerintah,  yang senyatanya masalahnya tak berkaitan langsung dengan politik, digiring oleh sejumlah pihak menjadi politis.

Dan yang menjadi sasaran kali ini siapa lagi kalau bukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menurut banyak survei dalam 2 tahun belakangan elektabilitasnya sangat kuat sebagai bakal calon presiden, dianggap paling memiliki peluang untuk menjadi Presiden dalam pilpres 2024 yang akan datang.

Memang benar Desa Wadas yang berada di Kecamatan Bener Kabupaten Purwerejo merupakan tanggungjawab Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah, tapi bukan berarti perdebatannya menjadi kepantasan dirinya menjadi calon presiden atau tidak.

Jika mengamati media sosial, banyak netizen yang membela Ganjar seolah apa yang terjadi di Wadas itu adalah tindakan yang sudah benar.

Meskipun lebih banyak menyatakan tindakan Ganjar dalam menangani masalah Desa Wadas ini tidak benar.

Tapi kedua pihak tersebut, sejatinya berdebat bukan tentang kasus Wadas an sich, tetapi menyisipinya dengan pesan-pesan elektabilitas.

Pun demikian, terjadi di Jakarta yang melibatkan Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan terkait sengkarut penyelenggaraan Formula E yang diributkan oleh pihak yang menentang dan mendukung ajang balap mobil listrik ini ujungnya juga politik elektabilitas.

Anies dan Ganjar seolah mewakili dua kubu yang kontradiktif, bisa dipahami sih lantaran secara politis Ganjar ada diposisi pemegang kekuasaan "01." 

Sementara Anies dipersonifikasikan sebagai corong dari oposisi yang dukungannya didominasi oleh mereka yang berada di posisi "02".

Fragmentasinya nyata di dunia maya, coba deh perhatikan, di luar warga Nahdliyin, yang ramai menyerang Ganjar dalam sengketa Bukit Wadas adalah mereka yang selama ini membela Anies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun