Nah, diantara ketiga tokoh inilah, Anies Baswedan lah yang digadang-gadang sebagai "wakil oposisi"
Meskipun sebenarnya, Anies sendiri secara eksplisit belum pernah menyebutkan bahwa dirinya beroposisi dengan Pemerintah saat ini.
Tetapi jika dilihat dari sejarah dan struktur politik Anies Baswedan saat mulai hijrah ke dunia politik, terlihat Anies memang banyak didukung oleh mereka yang berseberangan dengan Pemerintah Jokowi.
Memang langkah besar awal menceburkan diri di dunia politik  Anies berada di kubu Jokowi sebagai Jubir tim Sukses Jokowi-Jusuf Kalla  dalam Pilpres 2014.
Alhasil karena kiprahnya membantu Jokowi-JK menang dalam Pilpres 2014, Anies diberi "hadiah" sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sayangnya di tengah jalan masa baktinya, entah lantaran alasan apa Anies terkena reshuffle, ia diganti oleh Muhadjir Effendi.
Tetiba dimasa setelah itu, ketika Pilkada Gubernur DKI 2017 memanas, di menit-menit akhir,  seperti yang diucapkan oleh JK yang dilansir berbagai media Anies dicemplungkan menjadi salah satu calon Gubernur dipasangkan dengan kader Gerindra Sandiaga Uno  yang saat itu "beroposisi" terhadap Pemerintahan Jokowi sebagai Calon Wakil Gubernur.
Untuk berhadapan dengan pasangan Cagub-Cawagub dari PDIP sekaligus petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dengan Jarot Sjaeful Hidayat dan poros lain yang diisi oleh cagub Agus Harimurty Yudhoyono dan  cawagub Silvia Murni.
Dengan berbagai dramanya terutama mencuatnya isu politik identitas, Pilkada DKI 2017 yang kemudian dimenangkan pasangan Anies-Sandi ini menjadi swing point bagi Anies Baswedan untuk dianggap sebagai tokoh "perlawanan oposisi".
Hal itu tak terlepas dari sokongan mereka yang berada diluar kekuasaan terhadap Anies , seperti PKS, PAN, Gerindra dan berbagai ormas-ormas keagamaan konservative seperti FPI dan para sekondannya.
Apalagi kemudian dalam Pilpres 2019, Prabowo Sandi dari Gerindra, PKS and the Gank kembali harus berhadapan dengan Jokowi-Maaruf Amin dari PDIP, Golkar and the Gank.