Sebelumnya dengan gaya sedikit berbeda ada jurnalis musik lain yang cukup memahami dunia musik tanah air secara komprehensif yakni Denny Sakrie, tetapi sayang usia hidupnya tak terlalu lama, ia meninggal pada tahun 2015 saat berusia 51 tahun.
Dan belakangan ada pula beberapa wartawan musik yang memiliki wawasan cukup luas dalam membedah dunia musik, diantaranya mantan Pemimpin Redaksi Majalah Rolling Stones Adib Hidayat dan salah satu bekas anak buahnya komedian Soleh Solihun.
Tapi keduanya sepertinya tak seintens Bens Leo ketika menjadi pemerhati musik Indonesia dan mungkin pengalamannya belum sepanjang Bens dalam mengawal perjalanan musik di Indonesia.
Bens, Pria kelahiran Pasuruan 69 tahun lalu itu mulai menceburkan dirinya pada dunia jurnalisme musik saat ia berusia sangat muda.
Dia mulai bekerja secara resmi di majalah musik legendaris Aktuil ketika ia belum berusia 18 tahun, seperti pengakuannya dalam sebuah sesi wawancara di Channel Youtube milik Helmy Yahya.
Ia mengakui bahwa kiprahnya di majalah Aktuil ini menempanya untuk menjadi seorang jurnalis musik yang handal termasuk dalam hal membangun kepercayaan dengan para pemusik yang menjadi obyek beritanya.
Makanya ia berhasil mewawancarai super grup semacam Koes Plus, padahal saat itu ia masih sangat muda dan sama sekali tanpa pengalaman, peristiwa ini kemudian menjadi tonggak sejarah bagi kehidupannya di dunia jurnalistik.
Bens Leo dan Majalah Aktuil itu seperti simbiosis mutualisma, memiliki hubungan erat yang saling menguntungkan. Tanpa Aktuil mungkin Bens Leo tak akan seperti yang dikenal selama ini, tetapi tanpa Bens Leo mungkin Aktuil pun tak akan dikenal sebagai sebuah majalah seperti yang dikenang oleh para penggemar, sebagai majalah musik paling berpengaruh dijamannya, pada tahun 1971 hingga 1978.
Aktuil sendiri lahir pada tahun 1967, didirikan oleh Denny Sabri yang sebelumnya sempat menjadi kontributor musik di Diskorina. Walau sebagian pihak menyebutkan bahwa majalah Aktuil terkesan terlalu kebarat-baratan, tetapi faktanya memang saat itu era masyarakat tengah dahaga akan berita-berita berbau barat yang dianggap modern, termasuk untuk urusan bermusik.
Majalah ini kemudian mampu memainkan peranan besar dalam membentuk opini dan selera publik, terutama untuk musik rock di kalangan muda. Oplahnya pada setiap penerbitan mencapai 100.000 eksemplar.
Bahkan menurut Helmy Yahya dalam Channel Youtube-nya tulisan-tulisan di Aktuil sangat berpengaruh, opininya didengar, dan hingga titik tertentu menjadi acuan gaya hidup anak muda saat itu, jadi semacam benchmark bagi lahirnya budaya pop era tersebut.