Dengan demikian agak sulit juga menyelenggarakan balapan kursi tunggal listrik dengan tenang tanpa takut terpapar Covid-19 pada Juni 2022 tersebut, apalagi dengan target ekonomi setinggi itu.
Belum lagi jika dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19, masyarakat dalam masa sulit kok masih tetap saja menyelenggarakan program berbau pemborosan dengan dampak positif yang minimal terhadap masyarakat.
Sebenarnya ada apa dibalik kengototan Anies untuk tetap menyelenggarakan balap mobil listrik formula e ini?
Padahal secara politis pun kondisi Anies Baswedan menjadi lebih terancam dengan diajukannya hak interpelasi terhadap program tersebut, oleh 33 anggota DPRD DKI dari fraksi PDI-P dan PSI.
Penyelenggaraan Formula e ini menjadi simalakama bagi Anies Baswedan, diteruskan risikonya harus berhadapan dengan pandemi Covid-19 yang secara hitung-hitungan efeknya akan membuat dampak positif penyelenggaraan balapan itu tak akan seperti yang direncanakan.
Di hentikan risikonya lebih berat lagi, karena ada kemungkinan fee yang telah disetorkan pada FEO sebagai pemegang franchise balap mobil listrik tak bisa ditarik kembali.
Alhasil bisa menimbulkan kerugian uang negara yang bisa saja berujung pada tuduhan korupsi. Kondisi yang akan mematikan karir politik Anies Baswedan.
Meskipun kita tak pernah tahu isi Mou antara Pemprov DKI dengan pemegang hak waralaba balap mobil listrik ini.
Apakah jika dibatalkan, uang muka yang telah disetorkan tersebut bisa ditarik kembali atau tidak.
Mungkin karena inilah Anies ngotot untuk tetap menyelenggarakan balap mobil listrik formula e pada Juni 2022 yang akan datang.
Meskipun menurut situs fiaformulae.com dalam jadwal sementara yang mereka rilis Jakarta tak masuk kota yang akan menyelenggarakan formula e tahun 2022.