Gabrielle Thomas pelari cepat nomor 200m putri di cabang olahraga Atletik Olimpiade Tokyo 2020 asal Amerika Serikat ini sungguh sangat istimewa.
Jika banyak dari lulusan Harvard mengejar prestasi sebagai Presiden, Gubernur, Senator atau praktisi di berbagai lembaga bergengsi, Gabby malah mengejar medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Catatan waktu atlet wanita kelahiran Atlanta AS, 7 Desember 1997 di nomor lari 200m saat pemanasan bersama tim atletik AS mencengangkan, ia nyaris memecahkan rekor dunia 200m putri milik legenda Florence Griffith-Joyner yang diciptakan 20 tahun lalu.
Catatan waktu yang berhasil ditembus Gabby pada event itu 21,61 detik, sementara rekor dunia untuk nomor ini adalah 21,34 milik Flo-Jo.
Waktu yang diciptakan Gabby saat itu seperti dilansir NBCSport merupakan tercepat kedua di dunia, sehingga membuat Gabby menjadi calon kuat peraih medali emas di field and tracks nomor lari cepat 200 Olimpiade Tokyo 2020.
Meskipun kemudian di Olimpiade Tokyo 2020 ia hanya berhasil medali perunggu dengan catatan waktu 21,87, lebih lambat dibanding catatan waktu terbaiknya.
Medali emas dan perak untuk nomor ini diraih oleh  sprinter wanita asal Jamaika Elaine Thompson-Herah  dengan catatan waktu 21,53 detik dan Mboma Christine asal Namibia yang mencatatkan waktu 21,81 detik.
Menjadi salah satu Olimpian peraih perunggu di Tokyo 2020, merupakan salah satu prestasi hebat lain dari Gabby Thomas. Setelah lulus dari Harvard jurusan Neurobilogi dan Kesehatan Global, Â kini Gabby meneruskan studinya untuk menjadi epidemolog dan ahli kesehatan masyarakat di University of Texas Austin.
Ia mengambil jurusan itu sebagai upayanya untuk mengurangi disparitas perlakuan dan layanan kesehatan bagi berdasarkan rasial, yang konon masih marak terjadi di AS.
Dengan kondisi seperti itu, jadwal yang dimilikinya tentu saja sangat padat, di satu sisi Gabby harus berlatih sebagai atlet di sisi lainnya ia pun harus mengejar ketatnya jadwal studi di jurusan epidemologi yang sangat ia tekuni.
Namun, bagi Gabby keduanya malah bisa saling melengkapi. "Menjadi seorang mahasiswa membuat saya bisa menghargai kegiatan saya di lapangan"ujarnya.