Tanpa literasi yang mencakup kecapakan dalam memilah secara logis dibarengi pengetahuan saintifik, aktivitas memilah jurnal, membedakan email resmi dan abal-abal  memahami dinamika sosial, ekonomi dan politik serta pemahaman dalam menyaring informasi yang datang dari gadgetnya masing-masing.
Tak heranlah jika kemudian virus misinformasi, disinformasi dan hoaks ini menjadi ancaman mematikan lain di saat pandemi, sejalan denan virus Covid-19 itu sendiri.
Peran pemerintah dalam urusan ini sangat krusial meskipun memang mereka tak bisa bergerak sendiri.
Jangan malah menyumbang atau menyuburkan misinformasi dengan memproduksi kebijakan-kebijakan terkait pandemi yang membingungkan masyarakat.
Metamorfosis istilah dalam menangani pandemi seperti  PSSB, PPKM Darurat, PPKM "berlevel" merupakan salah satu contoh kebijakan membingungkan, belum khatam dengan istilah kebijakan yang satu eh muncul istilah kebijakan yang lain lagi.
Pastikan pejabat-pejabat yang berwenang tak mengeluarkan pernyataan yang berbeda satu sama lain.
Hal-hal tersebut bisa menjadi amunisi bagi para produsen hoaks untuk berproduksi. Sehingga pada akhirnya hoaks terus merajalela membingungkan masyarakat.
Bagi masyarakat atau kita semua, harus diingat informasi apapun terkait Covid-19 di media sosial berpotensi memengaruhi keselamatan semua orang.
Jika ternyata infornasi yang kita sampaikan itu hoaks, alih-alih membantu malah menjerumuskan orang ke dalam bahaya yang mengancam nyawa orang lain.
Tak perlu merasa menjadi ahli dadakan hanya bedasarkan informasi-informasi tentang Covid-19 yang validitasnya belum teruji.
Tahan jari kita semua, pastikan saring dulu setiap informasi yang datang, jika tak yakin jangan sskali-kali sharing.