* 18 Juli 2021: 44.721 kasus baru dari 192.918 spesimen yang diperiksa
* 19 Juli 2021: 34.257 kasus baru dari 160.686 spesimen yang diperiksa.
Hal ini dikonfirmasi oleh epidemolog asal Universitas Griffith Australia Dicky Budiman seperti dilansir oleh Kompas.Com.
"Kita belum melewati puncak pandemi, penurunan kasus itu di tengah penurunan jumlah testing dan positvity rate yang meningkat. Jadi tidak mencerminkan adanya penurunan sebetulnya," ujar DickyÂ
Menukil ucapan Dicky selanjutnya ia menyatakan bahwa kemungkinan besar jumlah kasus positif baru masih sangat tinggi di tengah masyarakat, ia berkeyakinan puncak pandemi gelombang ke-2 Â ini akhir Juli bahkan hingga awal Agustus bulan depan.
Menurut sejumlah sumber data terkait, rata-rata poistivity rate  harian di Indonesia dalam sepekan terakhir masih di atas angka 30 persen atau 6 kali dari ambang batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Artinya penularan Covid-19 dimasyarakat masih sangat tinggi, kasarnya 3 orang dari 10 orang Indonesia tertular virus biadab ini.
Positivity rate sendiri adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.
Jadi validitas angka penurunan kasus positif baru Covid-19 bisa teruji jika angka testing terus naik atau paling tidak angkanya konstan.
Jika angka testing anjlok, sudah dapat dipastikan angka kasus positif baru pun akan turun. Ketika penurunan keduanya tersebut kemudian dijadikan dasar untuk membuat sebuah kebijakan, ya kebijakan itu sangat berpotensi akan gagal lantaran berdasarkan statistik yang tak valid.
Seperti memanipulasi diri sendiri dan masyarakat. Lucunya lagi ketika angka kasus positif baru sangat tinggi pihak Kementerian Kesehatan buru-buru berujar "oh ini lantaran testing yang dilakukan naik"