Bosan rasanya melakukan kritik terhadap Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penanganan banjir yang terjadi di kawasan Jakarta.
Anies selalu beralasan bahwa hujan ekstrem lah yang menjadi penyebab banjir yang kini menggenangi kurang lebih 30 titik di seluruh wilayah DKI Jakarta dengan ketinggian antara 30 cm hingga 1,5 m bahkan dibeberapa titik ada yang terendam hingga 4 m.
Wacana naturalisasi yang digembor-gemborkan Anies hanya sebatas wacana saja, tanpa pernah dilaksanakan akibatnya ya banjir tambah parah saja setiap tahunnya.
Padahal curah hujan yang terjadi pada 18-19 Â Februari 2021 menurut Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) masih lebih rendah dibandingkan 1 Januari 2020 lalu.
Perdebatan yang terjadi setiap tahun hampir selalu sama saja, naturalisasi atau normalisasi sungai, drainase vertikal ya itu-itu saja, bosan rasanya mendengar kilah Gubernur Anies ini.
Meskipun memang tak ada satupun Gubermur DKI Jakarta  yang mampu menanggulangi banjir secara sempurna namun upaya mereka dalam menangani banjir terlihat dan dampaknya terasa terutama pada saat Ahok memimpin Jakarta.
Kita warga Jakarta merasakan itu bagaimana banjir relatif bisa terkendali meskipun memang bukan berarti banjir tak terjadi, tapi lebih cepat surut dan tak separah yang terjadi 2 tahun belakangan.
Tapi ya mau gimana lagi, Anies Baswedan tak pernah merasa salah juga dengan segala kebijakannya dalam menangani banjir.
Seperti hari ini dalam sebuah ia bahkan menyebutkan bahwa wajar saja "genangan" terjadi disejumlah titik di wilayah DKI Jakarta karena curah hujan intensitasnya sangat tinggi.
"Di Pasar Minggu berdasarkan catatan BMKG itu curah hujan sampai 226 milimeter, di Sunter Hulu 197 milimeter, di Halim sampe 176 milimeter, di Lebak bulus 154 milimeter. Semua angka di atas 150 adalah kondisi ekstrem," ujar Anies di Pos Pantau Air Manggarai, Sabtu (20/02/21) seperti dilansir JPPN.Com.
Selain menimpakan kesalahan pada curah hujan, alasan klasik lain diungkapkan Anies bahwa banjir ini akibat kiriman dari daerah hulu, Bogor dan Depok.