Jadi selingkuh secara hukum positif  baru bisa dipidanakan pada pelakunya jika sudah terjadi persetubuhan antara pelaku selingkuh itu.
Namun, hidup ini kan bukan perkara hukum positif semata, ada ukuran lain yang sebenarnya lebih tinggi yakni etika dan moral.
Beragam kilah menjadi alasan berselingkuh, apakah puber kedua menjadi alasan utama perselingkuhan? Ternyata bukan.
Menurut penelitian dilakukan oleh sebuah jurnal ilmiah The Journal of Sex Research, 77 persen alasan orang berselingkuh lantaran rasa cinta pada pasangannya sudah berkurang.
Menyedihkan sekali karena berarti orang yang berselingkuh itu sudah tak mencintai pasangannya lagi, makanya dalam pandangan saya jika pasangan kita sudah selingkuh lebih baik berpisah saja, mengapa harus memaksakan jika pasangan kita tak mencintai kita lagi.
Dalam penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa lelaki berselingkuh lebih disebabkan alasan fisik. Sementara perempuan lebih pada masalah hati dan perasaan.
Dan yang mengejutkan ada survey lain yang mementahkan anggapan bahwa lelaki lebih gemar berselingkuh di banding perempuan.
Di Indonesia, menurut survey yang dilakukan situs justdating pada tahun 2019, 40 persen pasangan yang disurvey mengaku pernah berselingkuh.
Dari angka tersebut jumlah pelaku selingkuh perempuan lebih banyak 10 persen dibandingkan lelaki artinya menurut survey tersebut perempuan lebih banyak berselingkuh dibanding pria.
Jika kita berkaca pada survey tersebut, stigma lelaki lebih gemar selingkuh sudah terpatahkan. Mungkin saja ini linier dengan angka perceraian yang kian meningkat belakangan, karena dalam penelitian yang sama disebutkan bahwa sikap lelaki dalam menghadapi perselingkuhan perempuannya ,60 persen lelaki akan cenderung lebih memilih untuk meninggalkan pasangannya.yang selingkuh tersebut.
Sementara sikap perempuan dalam menghadapi perselingkuhan lelaki pasangan cenderung  lebih memaafkan dibanding lelaki.