Murphy's Law atau hukum Murphy memang berbeda dengan hukum Archimides atau hukum ilmu ukur Phytagoras yang membutuhkan pembuktian empiris.
Meskipun tak bisa dibuktikan secara empiris,.hukum Murphy ini tak perlu diragukan lagi akurasinya. Dalam implementasinya pun hukum yang satu ini tak akan membuat kita mengerutkan kening seperti sedang menghitung luas segitiga menggunakan teorama Phytagoras.
Dalam beberapa kasus pembuktiaan hukum Murphy akan membuat kita menertawakan diri sendiri atau paling tidak menepuk jidat seraya berujar "tuh kan bener".
Adagium paling populer dari hukum Murphy ini adalah
 "if anything can go wrong, it will"
Yang artinya kurang lebih seperti ini,
"Jika sesuatu memiliki potensi untuk menjadi salah dan kacau, maka kekacauan itu akan terjadi."
Contoh hukum Murphy yang nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sering kita alami tapi mungkin kita tak menyadarinya.
Saat kita membutuhkan barang tertentu di rumah, kita mencarinya kesana kemari, padahal ketika kita sedang tak membutuhkan barang tersebut justru barang itu terlihat jelas oleh kita.
Contoh lain, adalah saat kita menyepelekan sesuatu padahal jika tak disepelekan potensi bahaya besar bisa dicegah.
Seperti kita melihat kabel listrik yang terkelupas tapi karena dianggap sepele kita kemudian menyepelekannya padahal kita tahu jika kabel terkelupas itu berpotensi menimbulkan konslet yang bisa saja membuat seluruh rumah kita terbakar, dan benar saja konslet itu membuat rumah terbakar.
Jadi sebenarnya apabila hukum yang pertama ditemukan oleh seorang Insinyur NASA Edward A. Murphy Jr pada tahun 1949 dipahami dengan benar maka ini berkaitan dengan kodrat atau hukum alam.