Pendapat seseorang itu tak berada diruang hampa, selalu ada subyektifitas di dalamnya yang bisa jadi ditanggapi berbeda-beda oleh setiap orang.
Bisa jadi pendapat anda dianggap biasa saja oleh satu orang, tapi dianggap memghina oleh orang yang satunya lagi.
Bisa jadi pendapat anda dianggap melecehkan dan dilaporkan ke pihak yang berwajib oleh satu pihak, tapi oleh pihak lain dibiarkan.
Jangan pula kebebasan berpendapat dijadikan sebagai alasan untuk bersembunyi dari tuduhan bahwa kita menghina seseorang.
Jangan pula anda atau siapapun menerapkan standar ganda terhadap arti kebebasan berpendapat ini, jika kita yang mengucapkannya, maka itulah kebebasan berpendapat.
Namun, saat pihak lain yang berpendapat dan kita merasa tersinggung maka kebebasan berpendapat itu tak ada
Untuk masalah kebebasan berekspresi  atau berpendapat kita juga harus melihat kepentingan yang lebih universal.
Apalagi di zaman digital dan media sosial seperti saat ini, kita bisa dengan mudah menyatakan pendapat atau menekspresikan kesukaan atau ketidak sukaan ketika terhadap seseorang atau suatu masalah tertentu.
Sekali lagi kebebasan kita berpendapat dibatasi oleh kebebasan orang lain untuk merasa tersinggung atas pendapat kita.
Andai guru sejarah di Perancis itu tak menunjukan karikatur Nabi atas nama kebebasan berpendapat dan berekpresi, mungkin pemuda imigran Chechnya tersebut tak akan membunuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H