Bagi wanita, jika disebutkan nama Victoria Secret, Wacoal, Triumph, Sorrela, La Senza hingga Pierre Cardin, asosiasi pikirannya akan langsung menuju pada bra atau pakaian dalam yang setiap hari dikenakan mereka.
Bra merupakan salah satu item penting untuk menunjang penampilan dan kesopanan  wanita dalam berbusana. Selain itu, bra juga kerap dianggap sebagai penanda kedewasaan hingga status sosial.Â
Dan belakangan sejumlah ahli kesehatan menyebutkan bahwa bra baik bagi kesehatan, walaupun ada juga yang menyatakan sebaliknya, tanpa bra, wanita bisa lebih sehat.
Lantas, sejak kapan wanita mulai mengenakan bra sebagai pelengkap penampilannya dan bagaimana sejarah terciptanya penutup dada ini?
Konsep penutup dada atau di Indonesia biasa di sebut kutang serta BH ini sejatinya telah muncul sejak zaman Romawi Kuno, pada 3.000 hingga 2.700 sebelum masehi yang saat itu disebut apodesmos.
Bukti bahwa bra  sudah dikenakan sejak masa itu, terdapat dalam lukisan dinding di Manoa, sebuah daerah di sekitar Pulau Kreta Yunani.
Jangan bayangkan penutup dada itu seperti bra yang sekarang dikenakan, saat itu bra hanya lah secarik kain yang terbuat dari bahan wol atau linen yang dililitkan begitu saja pada dada perempuan.
Dalam perkembangannya, sekitar abad 16 konsep penutup dada di kalangan wanita aristokrat Eropa dikenal dengan nama korset.
Penggunaan korset diharapkan oleh para perempuan agar memperlihatkan bentuk pinggang yang ramping dan dada mereka menjadi membusung ke atas.
Sementara menurut laman Situs sejarah Historia.id cikal bakal bra yang bentuknya mendekati seperti yang kita kenal saat ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang pengusaha pakaian asal Paris Perancis, Herminie Cardolle pada tahun 1889.
Bentuknya masih agak menyerupai korset, namun bedanya Cardolle memisahkan menjadi 2 bagian, perut dan dada tak menyatu seperti korset.
Dari sinilah istilah "Bra" muncul dari kata "Brasserie" yang pertama kali digunakan oleh editor majalah mode Vogue terbitan tahun 1907.
Meskipun bentuk baru penutup dada wanita sudah diperkenalkan tetapi, wanita-wanita di awal 1900-an masih lebih memilih mengenakan korset.
Namun kemudian, kondisi perang dunia I mulai tahun 1918, memaksa para wanita untuk melepaskan kebiasaan mengenakan korset, karena lapisan logam yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat korset dialih fungsikan untuk kebutuhan pembuatan alat militer.