Ketua Dewan Pimpinan Partai PDIP sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia  (DPR-RI) Puan Maharani kini tengah menuai badai akibat ucapannya yang dianggap yang tak mengandung respek pada masyarakat Sumatera Barat
Tentunya kita semua tahu kalimat apa yang diucapkan Puan saat pengumuman bakal calon yang diusung PDIP dalam Pilkada Serentak 2020 itu.
"Semoga  Sumatera Barat menjadi Provinsi yang mendukung  Pancasila". Ujar Puan saat itu.
Satu kalimat yang tak terlalu panjang sebenarnya, yang bahkan artinya pun agak membingungkan buat saya, namun akibatnya seluruh negeri menjadi heboh, protes atas kalimat ini muncul dari sana sini.
Masyarakat Sumbar meradang, golongan pencari kesalahan pemerintah bersorak memanaskan suasana, bahkan tak sedikit juga para pendukung pemerintah Jokowi yang menyayangkan ucapan sembrono sang Putri Mahkota PDIP ini.
Tapi tentu saja banyak pula terutama dari Kader-Kader PDIP yang membela Puan mati-matian yang mengatakan maksud kalimat yang diucapkan Puan tersebut sama sekali tak bermaksud menyinggung masyarakat Sumbar.
Kenapa bagi saya kalimat tersebut membingungkan, bayangkan kurang Pancasila apa Sumbar, lebih dari sepertiga anggota BPUPKI yang menyusun Pancasila adalah orang yang berasal dari Sumbar.
Mr. Mohammad Yamin seorang perumus Pancasila lahir di Sumatera Barat. Proklamator sekaligus garda terdepan yang merumuskan Sila per Sila dalam Pancasila, Muhammad Hatta lahir di Bukit Tinggi salah satu kota di Sumbar.
Sutan Syahrir perumus Pancasila yang lain sekaligus Perdana Menteri Pertama Indonesia juga lahir dan memiliki masa kecil di Sumatera bagian Barat ini.
Jangan lupa Bukit Tinggi kota nan dingin dan Indah ini pernah juga jadi Ibukota Indonesia pada masa revolusi perjuangan.
Kurang Pancasila apa Sumatera Barat ini sebenarnya, apakah karena masyarakat Sumbar ini tak pernah memenangkan PDIP dalam berbagai Pemilu dan Pilkada selama ini sehingga ibu Puan ini merasa Sumbar ke -Pancasila-an nya kurang nendang.