Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

RCTI Gugat, Lakon Mogul Media Bertahan Hidup

29 Agustus 2020   11:55 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:56 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam carita pawayangan lakon "gugat"kerap kali ditampilkan, seperti Wisanggeni Gugat, Semar Gugat, bahkan hingga panakawan seperti Petruk pun Gugat.

Inti dari lakon gugat, siapapun yang melakukan gugat selalu berlandasan pada ketidakpuasan akan suatu kondisi. Biasanya dalam lakon Pawayangan, kepentingan dan kemaslahat masyarakat luas menjadi concern utama lakon gugat itu lahir.

Jauh berbeda dengan lakon gugat yang dilakukan oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Mereka Gugat tatanan perubahan yang niscaya terjadi, hanya untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

Era kehidupan manusia saat ini sudah jauh berubah dibanding 5 atau 10 tahun lalu. Apalagi yang sedang dilakukan oleh RCTI menggugat aturan yang memiliki kaitan erat dengan teknologi.

Revolusi yang terjadi dan kita rasakan saat ini lokomotif perubahannya di dorong oleh teknologi Internet baik dari sisi perangkat kerasnya dan perangkat lunaknya yang berkembang luar biasa cepat sehingga kecepatan perubahannya acapkali tak dibarengi dengan aturan yang membimbingnya.

Nah, kegagapan aturan perundang-undangan dalam menjejeri kecepatan perubahan teknologi inilah yang oleh RCTI dilihat sebagai peluang agar eksisensi mereka sebagai pemain lama dalam dunia media tetap terjaga.

Karena teknologi, konstalasi dunia media jauh berubah, sekarang di era digital yang digabungkan dengan teknologi internet siapapun bisa menjadi media, makanya kemudian muncul lah berbagai perangkat lunak dalam bentuk aplikasi seperti Facebook, Youtube, Instagram, Twitter, TikTok dan banyak aplikasi lainnya yang biasa kita sebut platform media sosial.

Dibarengi dengan perangkat keras seperti chip prosesor canggih yang memungkinan laju kecepatan internet memiliki latensi yang sangat tipis bedanya dengan real live. Revolusi dunia media menjadi tak tertahankan lagi.

Siapapun kini bisa melaporkan apapun kejadian yang ada disekitarnya dan bisa dilihat manusia di seluruh dunia dalam waktu yang bersamaan melalui media sosial tersebut, sesuatu yang 5 tahun atau 10 tahun lalu hanya bisa dilakukan oleh media mainstream.

Hal inilah yang banyak menimbulkan bergugurannya para penguasa media mainstream. Newsweek misalnya, siapa tak tahu majalah legendaris asal Amerika Serikat ini, kini mereka harus lempar handuk dan gulung tikar karena tak kuat menahan gempuran era baru dunia teknologi.

Diluar media, Nokia salah satu perusahaan telepon seluler terbesar yang pernah ada di dunia kini tinggal kenangan, dan harus merelakan kejawaraannya di dunia Ponsel pada pendatang baru macam Apple atau Samsung.

Ketika sedikit saja kita lalai memahami dan mengantisipasi perubahan teknologi, maka eksistensinya bakal ditinggalkan dan dilupakan oleh publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun