Sedangkan redenominasi hanya menyederhanakan dengan cara mengurangi atau menghilangkan angka nol-nya saja, namun sama sekali tak mengurangi kekuatan mata uang tersebut dalam membeli barang. Misalnya kita membeli TV harganya Rp.3.000.000 maka setelah redenominasi menjadi Rp.3.000, keduanya memiliki nilai yang sama persis.
Redenominasi dilakukan agar mata uang rupiah lebih efesien ketika ditransaksikan dan dicatatkan secara akuntansi karena jumlah digit nol dalam rupiah menjadi lebih sedikit.
Dalam sejarahnya terdapat beberapa Negara di dunia yang pernah melakukan Redenominasi ini. 19 negara melakukan redenominasi satu kali, Kemudian ada 10 negara yang telah 2 kali melakukan Redenominasi seperti dua negara di benua Amerika Selatan, Bolivia dan Peru.
Kemudian ada juga yang melakukan kebijakan Redenominasi ini lebih dari 2 kali, yakni Argentina sebanyak 4 kali, Yugoslavia dan Serbia 5 kali. dan yang paling sering melakukan Redenominasi adalah negara pemilik "Jogo Bonito" Brazil, negara ini sudah melakukannya sebanyak 6 kali.
Dampak Redenominasi Rupiah.
Jika kita berbicara dampak positifnya sih yah asyik memang, Rupiah akan terlihat bermartabat dibandingkan dengan mata uang negara lain, kemudian transaksi dan segala pencatatanya juga akan jauh lebih efesien.
Di dunia perbankan pengurangan 3 angka nol dibelakang, dari sisi teknologi akan terjadi penghematan. Bagi para Akuntan penyederhanaan deret digit akan memudahkan mereka membaca laporan keuangan. Dan menurut pengalaman beberapa negara Redenominasi jika berhasil dilakukan dapat mengurangi tingkat inflasi.
Tapi ingat, selai hal positif tentu akan ada dampak negatifnya, terutama bisa terjadi jika diawal penerapannya kebijakan tersebut tak dilakukan dengan hati-hati.
Persoalan yang akan terjadi khususnya di Indonesia adalah banyaknya harga-harga barang yang nominal nilainya ganjil, misalnya harga  Shampoo 25.455, kemudian harga Sabun 12.915 atau harga pasta gigi 7.115.Jika kebijakan Redenominasi itu diberlakukan maka harga-harga barang yang nilainya ganjir tersebut harus dibulatkan.
Namun itu juga bukan perkara mudah, karena dampaknya juga akan sangat terasa. Ada dua skema pembulatan, pembulatan keatas atau pembulatan ke bawah.
Jika kita bulatkan ke bawah ditinjau secara makro jika pembulatan ke bawah itu dilakukan secara masif dan pada saat yang bersamaan terhadap barang-barang yang diperjualbelikan di pasar, maka bisa saja terjadi penurunan harga yang curam dan kemudian akan menimbulkan deflasi.