Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika "Balonku" Dianggap Memiliki Makna Terselebung

14 Juni 2020   19:47 Diperbarui: 14 Juni 2020   19:44 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id.noxinfluencer.com

Padahal  menurut pendakwah tersebut hijau merupakan jenis warna yang diasosiasikan sebagai sebuah warna yang "Islami", baru tahu juga ternyata kini, selain bahasa, warna juga memiliki agama.

"Lho, Islam bikin kacau saja"ujar Ustaz Zainal Abidin, pendakwah yang meributkan masalah ini, seperti yang saya saksikan lewat video di laman media sosial Twitter.

Selain lagu Balonku, rupanya Sang Ustaz juga menelisik lagu anak lain, kali ini ia menyebut bahwa lagu "Naik-Naik Ke Puncak Gunung" memiliki makna yang lagi-lagi terselubung.

Lagu ini disebut "membenarkan" umat Kristiani. Lirik "puncak" dan "kiri -kanan" yang dalam video-nya ia praktikan seolah membentuk "tanda salib", seperti saat selebrasi Lionel Messi ketika mencetak gol.

Selain itu ia kemudian mempermasalahkan "pohon cemara" sebagai simbol ideologis. 

"Kenapa harus pohon cemara? Kenapa tidak pohon yang lain padahal di Sumatera banyak pohon sawit"ujar Ustaz Zainal Abidin.

Terus ia menambahkan, di Jawa semestinya pohon pisang. Tapi kenapa kok pohon cemara yang berasal dari  luar negeri, pohon yang identik dengan perayaan Natal?

Keren juga logikanya bisa sampai kesana. Rupanya, bukan hanya bahasa dan warna saja yang dimiliki agama tertentu, pohon pun kini memiiki agama.

Bagi Ustaz ini pohon cemara dianggap sebagai pohon Nasrani. Padahal kalau mau fair dan sedikit berusaha mencari tahu lewat mesin peramban Google, menelisik lebih jauh ke belakang justru pohon kurma seharusnya menjadi pohon Nasrani. Karena sebagian riwayat mengisahkan bahwa Isa Al Masih dilahirkan di bawah pohon kurma.

Tadinya saya sempat mau marah-marah juga mendengar dan menyaksikan video ceramah iu, tapi buat apa juga.

Ceramah dengan tajuk "Prioritas Tauhid" ini awalnya mengupas masalah Darwinisme, mengacu pada teori Darwin. Tapi entah kenapa tiba-tiba loncat  jadi membahas lagu "budak" yang menjadi lagu wajib anak-anak tahun 80-an dan 90-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun