Saat itu seorang perampok bernama Jan Erik Olsson merampok Kreditbanken sebuah bank di Stockholm.
Kemudian Perampok itu menyandera 4 orang karyawan bank tersebut selama 6 hari. Ketika korban penyanderaan itu berhasil diselamatkan diketahui bahwa para korban menjalin hubungan yang positif dengan Jan Erik sang penyandera dalam kurun waktu penyenderaan tersebut.
Setelah kejadian itu, frasa Sindrom Stockholm kembali muncul dan kasus inilah yang membuat istilah sindrom dikenal lebih luas dalam dunia kriminal dan psikologi.
Patty Hearst seorang putri pemilik Surat Kabar  di California Amerika Serikat pada tahun 1974 diculik dan disandera oleh kelompok militan revolusioner.
Kemudian dalam perjalanannya Patty berbalik menjadi suka dan bersimpati pada para penculiknya tersebut, bahkan ia lantas bergabung dengan kelompok ini melakukan berbagai perampokan secara sukarela.
Ketika kemudian Patty tertangkap dan diganjar hukuman penjara atas tindakannya tersebut, pengacaranya menyebutkan otak gadis berusia 19 tahun tersebut telah dicuci oleh para penyanderanya.
Ia juga kemudian menjelaskan dalam persidangan tersebut bahwa Patty mengidap Sindrom Stockholm. Nah, setelah kasus ini, frasa Sindrom Stockholm di kenal lebih luas lagi.
Menurut Dr Frank Ochberg, seorang Psikiatet ahli trauma dari The National Institute of Mental Health di Michigan University Amerika Serikat.
Terdapat 4 kriteria seseorang mengidap Sindrom Stockholm.Â
Pertama, korban akan mengalami sesuatu yang menakutkan dan tak terduga untuk pertama kalinya, dan mereka yakin akan mati dalam kejadian itu.
Lantas, korban berada pada tahap infantilisasi, sebuah kondisi di mana mereka akan menjadi seperti anak-anak lagi. Tak bisa makan, minum, bergerak, berbicara, hingga buang air tanpa izin dari penculiknya.