Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sindrom Stockholm, Kala Sandera Bersimpati pada Sang Penculik

31 Mei 2020   17:07 Diperbarui: 31 Mei 2020   17:12 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blog.psikologinusantara.com

Saat itu seorang perampok bernama Jan Erik Olsson merampok Kreditbanken sebuah bank di Stockholm.

Kemudian Perampok itu menyandera 4 orang karyawan bank tersebut selama 6 hari. Ketika korban penyanderaan itu berhasil diselamatkan diketahui bahwa para korban menjalin hubungan yang positif dengan Jan Erik sang penyandera dalam kurun waktu penyenderaan tersebut.

Setelah kejadian itu, frasa Sindrom Stockholm kembali muncul dan kasus inilah yang membuat istilah sindrom dikenal lebih luas dalam dunia kriminal dan psikologi.

Patty Hearst seorang putri pemilik Surat Kabar  di California Amerika Serikat pada tahun 1974 diculik dan disandera oleh kelompok militan revolusioner.

Kemudian dalam perjalanannya Patty berbalik menjadi suka dan bersimpati pada para penculiknya tersebut, bahkan ia lantas bergabung dengan kelompok ini melakukan berbagai perampokan secara sukarela.

Ketika kemudian Patty tertangkap dan diganjar hukuman penjara atas tindakannya tersebut, pengacaranya menyebutkan otak gadis berusia 19 tahun tersebut telah dicuci oleh para penyanderanya.

Ia juga kemudian menjelaskan dalam persidangan tersebut bahwa Patty mengidap Sindrom Stockholm. Nah, setelah kasus ini, frasa Sindrom Stockholm di kenal lebih luas lagi.

Menurut Dr Frank Ochberg, seorang Psikiatet ahli trauma dari The National Institute of Mental Health di Michigan University Amerika Serikat.

Terdapat 4 kriteria seseorang mengidap Sindrom Stockholm. 

Pertama, korban akan mengalami sesuatu yang menakutkan dan tak terduga untuk pertama kalinya, dan mereka yakin akan mati dalam kejadian itu.

Lantas, korban berada pada tahap infantilisasi, sebuah kondisi di mana mereka akan menjadi seperti anak-anak lagi. Tak bisa makan, minum, bergerak, berbicara, hingga buang air tanpa izin dari penculiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun