"Karena importir kita lockdown, penutupan pelabuhan sehingga terlambat pengiriman," kata Syahrul, Minggu (26/04/20) Seperti yang dilansir CNBCIndonesia.com.
Sementara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, menegaskan bahwa Kementerian yang dipimpinnya kini tengah melakukan intervensi terhadap distribusi gula.
Untuk terus menekan harga gula kembali ke harga HET, Mendag Agus Suparmanto telah melakukan berbagai upaya, antara lain memberikan kemudahan ijin impor gula walaupun sudah terealisasi namun masih kurang dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita tahu bahwa di tengah kondisi saat ini, banyak negara melakukan lockdown sehingga proses impor pun terhambat atau mundur dari waktu yang ditentukan," ujar Agus di Jakarta, Selasa (28/04/20). Seperti yang dilansir Pikiran-rakyat.com
Selain karena alasan kebijakan lockdown di negara asal impor, ada kabar yang menyesakan, perusahaan negara alias BUMN yang seharusnya ikut serta menstabilkan harga gula, malah ikut bermain menaikan harga gula.
PTPN II Sumatera Utara salah satu psrusahaan BUMN melelang gula pasir di atas HET nasional, BUMN itu menjual harga gula pasir di harga Rp. 12.900, akibatnya harga gula di tingkat konsumen mencapai harga Rp. 17.000 hingga Rp.18.000 per Kg.
"Sempat kami police line, kami sudah beritahu. Satgas di Sumatera Utara untuk proses ini," ujar Ketua Satgas pangan Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga di Jakarta (28/04/20).
Harga gula ini sepertinya menjadi momok bagi pemerintah Indonesia, karena lonjakan harga itu sepertinya tak bisa terkontrol bahkan bulan Maret 2020 lalu gula sempat hilang dari peredaran alias langka di pasaran.
Menurut Ketua Kadin Roeslan Roslani, seharusnya pemerintah sudah bisa mengantisipasi menipisnya stok gula dalam negeri.
Selain itu pastinya pemerintah sudah tahu persis musim giling tebu baru jatuh pada bulan Mei. Apalagi kemarin sempat terjadi panic buying.Â
Seharusnya itu sudah diantisipasi dengan melakukan impor sebelum harganya melejit seperti saat ini.Â