Ketika Bulan Ramadan tiba, umat muslim di seluruh pelosok dunia wajib berpuasa dari mulai subuh hingga magrib sepanjang bulan selama 30 hari.
Di belahan utara dunia, jika bulan Ramadan jatuh pada musim panas yang membuat matahari terbit lebih awal dan terbenam lebih lama sehingga masa puasa bisa sampai 18 jam hingga 19 jam saat mendekati akhir masa Ramadan.
Bahkan di negara-negara Skandinavia seperti di Norwegia dan Swedia puasa bisa berlangsung 20 jam per harinya.
Untung kita hidup di wilayah khatulistiwa yang rata-rata berpuasa 14 jam per harinya. Tapi tetap saja bagi sebagian orang puasa terasa berat apalagi di hari-hari awal puasa.
Kondisi kesehatan saya biasanya suka agak drop di awal puasa, seperti kemarin diawal puasa tahun ini, seharian badan terasa lemas dan kepala rasanya pusing gitu.
Takut juga sih, apalagi saat ini Covid-19 tengah mewabah, walau tak ada demam dan batuk tapi tetap saja takut.
Selidik punya selidik, setelah browsing sana sini akhirnya ada juga tulisan  di salah satu situs kesehatan Halodoc yang menyebutkan bahwa hari-hari awal puasa adalah masa terberat bagi yang berpuasa.
Karena secara teknis tubuh manusia tidak berada dalam kondisi berpuasa sampai sekitar 8 jam setelah mengkonsumsi makanan terakhir.
Masa sekitar 8 jam itulah, usus terakhir selesai berhenti menyerap gizi dari makanan yang dikonsumsi.Â
Setelah itu maka tubuh akan mengandalkan glukosa yang tersimpan dalam organ hati dan otot untuk memberi energi bagi tubuh kita.
Jika waktu asupan makanan terjadi lebih lama lagi, saat cadangan glukosa habis, maka lemak tubuh yang akan menjadi sumber energi bagi badan kita.