"I Hate Monday" itulah biasanya perasaan saya ketika hidup masih normal, beberapa minggu lalu. Kini, tak ada bedanya, pandemi Covid-19  membuat dunia ini jungkir balik.
Perasaan saya mungkin juga dirasakan oleh banyak orang di Indonesia atau bahkan di dunia. Semua kegiatan berjalan apa adanya, tak perlu terlalu berharap kerja-kerja yang mendongkrak perekonomian dapat berjalan maksimal dalam situasi seperti saat ini.
Akibatnya krisis mulai menghampiri dengan derap langkah yang cepat, karena penanganan penyebaran virus tak bisa dilakukan jika mobilitas manusia masih tinggi, yang di implementasikan pemerintah dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Memutus rantai penyebaran virus SARS NCov-2 yang paling efektif yah hanya dengan cara menjaga jarak antar manusia, karena sampai saat ini belum ada satu pun vaksin yang mampu memerangi virus yang telah menewaskan 165 ribu orang secara global, sementara di Indonesia ada 582 orang yang harus kehilangan nyawanya akibat virus asal Wuhan China ini.
Pemerintah Indonesia terlihat tergagap-gagap dalam menangani penyebaran Covid-19, berbagai kebijakan dikeluarkan terlihat tak maksimal, dari penanganan kesehatannya hingga mengantisipasi jaring pengaman sosial yang sudah mulai menampakan kekisruhan.
Dalam kondisi seperti ini, kok yah jadi rindu pada Pak JK, yah Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden terpilih tahun 2014-2019 yang saat itu mendampingi Jokowi di periodenya yang pertama.Â
Andai saja ia masih duduk berdampingan dengan Pak Presiden Jokowi dalam menangani krisis ini, tentu ada angin yang berbeda.
Maaf bukan bermaksud mengecilkan  dan mengurangi rasa hormat saya kepada eksistensi Wakil Presiden Indonesia saat ini KH. Maaruf Amin.
Namun sesungguhnya kita sedang merindu pada seorang JK untuk terlibat langsung dalam menangani krisis Covid-19 ini.
Memang ia kerap kali melontarkan kritik dan saran kepada Pemerintah terkait penanganan virus ini. JK terlihat geregetan melihat tindakan yang diambil Pemerintah dalam menangani Covid-19 ini.
Namun bukan sekedar itu yang kita rindukan, tapi kapasitasnya sebagai seorang pejabat negara.