Akhirnya kesepakatan tercapai, namun tunggu punya tunggu implementasi janji Gerindra itu tak jua terwujud. Ditengah persiapan menuju kampanye Pilpres PKS sempat merajuk karena janji tak jua tertunaikan.
Mereka mengancam akan menarik kadernya tak akan berkampanye untuk Prabowo-Sandi dalam Pilpres. Sontak saja Gerindra ketar ketir, karena mereka tahu militansi kader PKS dibutuhkan sekali untuk melawan Jokowi-Maruf Amin dalam Pilpres tersebutÂ
Akhirnya Gerindra DKI membuka jalan bagi 2 orang calon dari PKS untuk  menjadi calon Wagub DKI. Majulah Akhmad Syaikhu dan Agung Yulianto. Akhirnya PKS melunak dan mereka terus mendukung Pasangan Prabowo-Sandi.
Setelah berjalan, dengan alasan kurang dikenal 2 calon dari PKS itu tak diproses di DPRD DKI, kemudian Gerindra coba mencalon Muhammad Taufik Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta sebagai Cawagub DKI.
Hal ini membuat pemilihan Wagub DKI menjadi deadlock, dan kemudian dengan alasan konsentrasi pada pelaksanaan pilpres, pemilihan Cawagub DKI terbengkalai sangat lama.
Setelah pilpres 2019 usai dan Prabowo -Sandi dinyatakan kalah, isu Sandi Uno untuk kembali menduduki kursi Wagub sempat mengencang, walau kemudian Sandi menolak kemungkinan tersebut.
Pertarungan antara PKS dan Gerindra kembali ramai dalam memperebutkan kursi kosong pendamping Anies Baswedan, berbagai jurus dan klaim dilancarkan oleh keduanya.
Lobi-lobi dilancarkan oleh kedua belah pihak, Gerindra benar-benar piawai memainkan kartu untuk merebut dan menafikan janji Prabowo saat Pilpres lalu.Â
Berkali-kali Sohibul Imam meneriakan "ingat janjimu", namun anjing menggonggong kafilah berlalu. Gerindra terus bermain strategi hingga akhirnya keduanya sepakat untuk mencalon masing-masing 2 calon dari  partainya.
Walaupun disaar akhir kembali Gerindra berhasil mengubah posisi permainan sehingga Cawagub hanya satu yang dicalonkan.
Gerindra menunjuk Ahmad Riza Patria sebagai Cawagub DKI, dan PKS memberikan amanat pada Nurmasjah Lubis sebagai Cawagub DKI.