Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Mana Posisi KH Ma'ruf Amin dalam Pemerintahan Jokowi Jilid II?

12 Maret 2020   14:27 Diperbarui: 12 Maret 2020   15:21 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi sekali lagi ia lupa, perkataan Wapres itu bobotnya sangat tinggi dibanding masyarakat kebanyakan.

Saya teringat perkataan Djayadi Hanan, Direktur Executive Sjaiful Mujani Political Research, pada sebuah Seminar yang diadakan oleh Price Waterhouse Cooper (PWC) beberapa saat setelah kemenangan Jokowi -Ma'ruf Amin resmi diumumkan.

Djayadi mengatakan saat itu, bahwa tugas KH. Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden sudah selesai saat pasangan tersebut memenangi pemilihan presiden tahun 2019 lalu.

Karena sejatinya, fungsi Ma'ruf Amin hanya diharapkan saat pemilihan  presiden dilangsungkan. Untuk meminimalkan isu-isu anti islam yang dijual oleh kubu Prabowo -Sandi saat itu.

"Di sinilah fungsi Ma'ruf Amin berada untuk menangkal keberadaan isu anti Islam, masa wakilnya ulama kok anti Islam," ujar Djayadi saat itu.

Bisa jadi mungkin perkataan Djayadi Hanan ini benar, jika kita menilai kiprah Ma'ruf Amin sebagai Wapres di awal Pemerintahan Jokowi yang sudah berlangsung selama 5 bulan ini.

Survey yang dilakukan Indobarometer  yang dirilis ke publik tanggal 17 Februari 2020 lalu, menunjukan hal yang serupa.

Tingkat kepuasaan masyarakat terhadap kinerja Ma'ruf Amin hanya 49,6 persen saja.

Angka ini masih di bawah JK saat ia jadi Wapres yang angkanya mencapai 53,3 persen.

Namun menurut Fahri Hamzah mantan politikus PKS, fungsi Wakil Presiden memang seperti itu, dalam demokrasi kita fungsi Wapres itu hanya ban serep.

"Ma'ruf Amin  hanya fungsional kalau difungsikan. Kalau tidak difungsikan dia simbolik aja. Tapi jangan lupa, dia adalah orang yang tidak bisa diganti karena dia dipilih oleh rakyat," katanya kepada wartawan, di Jakarta, Senin (17/2/2020) seperti yang dilansir Wartaekonomi.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun