Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kawin Kontrak, Ketika Tuhan Sedang Coba Diakali

18 Februari 2020   08:12 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:21 1947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seorang terpelajar harus sudah adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan"

(Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1975)

Ungkapan ini terus berkelindan dikepala, menginspirasi namun dalam saat yang bersamaan menampar akal sehat dan sanubari.

Fenomena  kawin kontrak yang kini kembali ramai diperbincangkan, sejatinya bukan hal yang baru tumbuh.

Praktik kawin kontrak  di Kawasan Puncak Bogor, sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Keberadaannya sesekali muncul kepermukaan, walaupun lebih sering tenggelam ditelan riuhnya permasalahan bangsa yang datang silih berganti.

Isu kawin kontrak kembali mencuat baru-baru ini setelah video yang menayangkan "Wisata Sex Halal" viral diberbagai platform media sosial, yang berujung penggerebegan dan penangkapan para pelaku praktik kawin kontrak ini.

Kumparan.com
Kumparan.com
Para pelaku yang berjumlah 5 orang kini statusnya sudah menjadi tersangka, salah satunya warga Arab Saudi.

Kelimanya menjadi tersangka tindak pidana perdagangan manusia, yang merupakan salah satu kategori kejahatan luar biasa, setara dengan korupsi dan ilegal loging.

Sebenarnya apa sih yang membedakan antara antara kawin kontrak dengan prakik prostitusi biasa? Jawabannya "tak ada" sama saja!

Lantas mengapa di Kawasan Puncak Cainjur-Bogor? Karena kawasan tersebut merupakan sentra wisatawan asing  dari Timur Tengah.

Ketika kita berbicara Kawasan Timur Tengah,  identik dengan bangsa Arab yang mayoritasnya muslim. Sebagian besar dari mereka memiliki pemahaman tentang Islam yang cukup dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun