Perekonomian Indonesia saat ini sepertinya mulai memasuki gerbang "daerah berbahaya". Pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 ini berpotensi anjlok di bawah 5 persen, bahkan bisa saja turun hingga 4,5 persen saja.
Faktor eksternal diperkirakan akan menyeret ekonomi Indonesia untuk tumbuh di bawah target yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2020 yang sebesar 5,3 persen. Ekonomi domestik yang selama ini banyak menopang pertumbuhan ekonomi nasional terlihat tak akan begitu memihak kita lagi.
Indikasi yang mengkhawatirkan ini terlihat di Kuartal akhir 2019 lalu, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal IV 2019 hanya berada diangka 4,97 persen secara tahunan atau year on year. Begitu pun dengan pertumbuhan investasi yang hanya 4,06 persen saja.
Padahal 2 variabel ini merupakan  batu pijakan yang penting untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal-I 2020 ini. Bahkan menurut Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir  kuartal-I 2020 ini pertumbuhan konsumsi masyarakat diperkirakan hanya akan ada di angka 4,95 persen saja.Â
Mendung memang sedang menyelimuti ekonomi dunia saat itu. Kumpulan awan hitam berupa perang dagang antara China lawan Amerika Serikat, Brexit walaupun secara legal sudah selesai namun dampaknya masih belum terukur ditambah dengan wabah virus corona yang menghantam China dan 26 negara lain di seluruh dunia.
Bisa saja awan hitam bernama wabah Novel Coronavirus, berubah menjadi badai besar ekonomi yang akan menghantam China dengan telak, dan membuat perekonomian China porak poranda. Hal ini bisa terjadi jika wabah ini tak jua terselesaikan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
Sampai hari ini Selasa 11 Februari 2020 wabah virus corona menurut John Hopkins CSSE telah menginfeksi 43.112 orang, dengan angka kematian sebesar 1.018 orang. Kondisi perekonomian global pun akan terancam melemah secara signifikan jika wabah ini tak kunjung teratasi.
Lembaga pemeringkat dunia, Moody's menyebut munculnya virus novel Corona Virus ini sebagai angsa hitam alias sesuatu yang langka dan memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia.
Sebutan ini mengacu pada teori Black Swan-nya Nicholas Thaleb yang ditulis dalam bukunya berjudul The Black Swan pada tahun 2007 lalu.
Moody's menuliskan dalam laporannya bahwa, melemahnya kondisi ekonomi dunia  saat ini berbeda dengan krisis ekonomi tahun 2008-2009 yang memang sudah terprediksi sebelumnya. Tadinya harapan perekonomian dunia tahun 2020 ini akan ada dikisaran 3,3 persen, namun pada kenyataannya kini perekonomian dunia sedang dihadang oleh nCov coronavirus.
Hari Senin (3/2/2020) lalu Bursa Saham China di Shanghai drop sangat dalam hingga 9 persen. Penurunan ini merupakan yang terparah sejak Agustus 2015 lalu. Berbagai analis dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan mengalami penurunan yang sangat tajam akibat wabah virus corona ini.