Seperti yang dituturkan Haikal Hasan, "Dalam perspektif Islam, yang tidak diizinkan itu adalah mengakui, mengakui bahwa perayaan itu adalah untuk merayakan lahirnya yang dipercaya oleh pihak saudara-saudara kita yang berumat Kristiani itu sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Karena Yesus dalam pandangan Kristen, Protestan maupun Katolik, Tuhan atau Anak Tuhan," kata Haikal seperti yang saya kutip dari BBC.comÂ
Di lain pihak, banyak pula yang menyatakan bahwa mengucapkan Selamat Natal menjadi sangat penting bagi terciptanya toleransi antar umat beragama.Â
Dan sama sekali tak berhubungan dengan aqidah, toh dengan mengucapkan selamat natal tak akan menjadikan si pengucap menjadi berkurang keimanannya terhadap Allah SWT.Â
Perdebatan yang terjadi dari itu ke itu saja setiap tahunnya tanpa ada solusi apapun. Akhirnya saling serang dan saling bully terjadi setiap menjelang Natal.Â
Kedua kubu menganggap kelompoknya masing-masing paling benar. Padahal kalau menurut saya sih, jika memang mau mengucapkan selamat natal ya silahkan saja, dan enggak perlu merasa paling toleran.Â
Karena ukuran toleransi bukan cuma mengucapkan Selamat Natal, dan bagi pihak yang beranggapan mengucapkan Natal itu merupakan pelanggaran terhadap Agamanya, tak perlu juga mengucapkan kata-kata merasa diri paling benar dan paling berhak atas kebenaran.Â
Dengan mudah menunjukan bahwa pengucap selamat natal itu calon penghuni neraka. Mau mengucapkan selamat atau tidak itu kembali ke pribadi masing-masing tak perlu saling menjelekan.
Sumber:Â bbc.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H