Mohon tunggu...
Ferry Wibowo
Ferry Wibowo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Beyond Blogging, Racun dan Obat Dunia Digital

16 Januari 2017   11:17 Diperbarui: 19 Januari 2017   20:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompasiana.com

Membaca dan menulis.

Semua orang telah melalui tahapan ini sedari kita kecil, sedari kita berusia 5-6 tahun, kita semua telah memulai tahapan ini. Bahkan sampai sekarang kita sendiri masih senantiasa mempelajari dan melakukan dua tahapan pembelajaran ini, yakni membaca dan menulis, walaupun sesuai perkembangan jaman, semuanya beriringan menuju ke dunia digital, tapi esensinya tetap sama dan tidak berubah.

Apabila sedari kecil kita selalu mengkaitkan istilah membaca dan menulis dengan buku ataupun pena, namun pada masa kini kegiatan membaca dan menulis tidak lagi dibatasi oleh kedua alat tulis tersebut. Bahkan bila kita tidak memiliki buku maupun pena, kita tetap dapat membaca maupun menulis, dengan bantuan perangkat elektronik seperti laptop ,ataupun smartphone, sehingga proses membaca dan menulis itu sendiri juga mengalami modernisasi sampai pada tahapan ini.

Guru.

Pada jaman kita kecil dulu, kita mempelajari semua tahap pembelajaran dari seseorang yang kita sebut dengan guru. Beliau dengan sabar akan mengajar kita, memberikan pengetahuan yang dimilikinya bagi kita, bahkan terkadang bercerita pengalaman hidupnya untuk anak didiknya. Bahkan proses modernisasi juga mempengaruhi profesi ini. Sekarang ini, semua orang tidak harus berguru kepada sesosok "guru" untuk belajar, melalui perangkat elektronik seperti laptop maupun smarphone, semua orang bisa belajar mengenai sebuah pengetahuan ataupun informasi terbaru yang tersedia di dunia maya.

Kita.

Bagaimana pengaruh modernisasi tersebut terhadap kita sendiri? Bahkan kita, selaku pelaku tindakan dalam pembelajaran itu sendiri, baik dalam membaca dan menulis, juga terpengaruh jaman yang semakin mengarah ke dunia digital ini. Pengaruh negatif yang kerap kita rasakan dalam abad modern ini adalah kemalasan manusia itu sendiri. Sehingga semua modernisasi tersebut menjadi tidak berarti, apabila semua proses pembelajaran tersebut tidak kita lakukan, dan semua orang dengan smartphone dan laptop mereka disibukan dengan mengumbar eksistensi mereka di sosial media, ataupun bermain game favorit mereka. Sehingga proses pembelajaran kita sebagai manusia, stagnan dan tidak berkembang pada suatu tingkat tertentu. Percaya atau tidak, ini benar-benar nyata terjadi.

Fenomena berhentinya pembelajaran.

Fenomena ini nyata terjadi, entah dipercaya atau tidak, tapi ini adalah kenyataannya. Memang indikator nyata untuk mengukur hal ini tidak ada, dan mungkin saja belum ada yang secara khusus mendalami dan meneliti hal ini lebih lanjut di masyarakat luas. Tapi efeknya sangat nyata, dan dapat kita lihat di sekitar kita, baik di dunia nyata, maupun di dunia maya.

Misalnya ada seseorang yang sedang dalam proses membuat skripsi, tapi ia malah mencari skripsi yang beredar secara online, dan meniru penulisannya, lalu diakuinya sebagai miliknya sendiri untuk diberikan kepada dosennya. Jelas ini salah satu contoh nyata.

Modernisasi yang seharusnya memberi kemudahan dan inovasi dalam proses pembelajaran, kini malah menjadi racun bagi sebagian orang, sehingga memunculkan fenomena berhentinya pembelajaran ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk sadar akan bahayanya fenomena ini. Karena teknologi, bisa menjadi obat bagi yang menggunakannya dengan benar, dan bisa menjadi racun bila menggunakannya dengan salah dan sembarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun