Apakah kamu tahu sekarang perkembangan teknologi begitu cepat? Ternyata tidak hanya aku dan temanku saja yang merasakannya, tetapi orang tua juga merasakan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Dalam era digital yang terus berkembang, kesehatan mental telah menjadi perhatian utama di tengah kehidupan yang serba cepat dan terkoneksi ini.Â
Kita perlu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi telah menjadi tantangan yang semakin mendesak. Dengan kehadiran teknologi yang memungkinkan kita terus terhubungan tanpa batas seringkali membuat garis antara ruang kerja dan waktu pribadi menjadi kabur, menyebabkan stres, kelelahan, dan gangguan kesehatan mental lainnya.Â
Dalam konteks ini, menjaga kesehatan mental bukanlah hanya tentang mengatasi tekanan pekerjaan, tetapi juga tentang menciptakan keseimbangan yang sehat di antara berbagai aspek kehidupan, termasuk waktu untuk istirahat, interaksi sosial, dan aktivitas yang memberi nutrisi pada jiwa.
Aku pernah merasakan kesulitan saat ingin tidur. Aku pernah berpikir kalau kesehatan mental aku telah terganggu. Orang tuaku berpendapat bahwa itu disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berlebihan. Â Apa yang aku alami ini ternyata juga banyak dialami oleh orang lain.
Agustina, Priambodo, dan beberapa ahli psikologi yang melakukan penelitian mengenai penggunaan teknologi yang berlebihan berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Bahkan menurut studi yang dilakukan banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang menggunakan teknologi lebih dari 6 jam satu harinya.Â
Saat matahari terbit, tubuh secara otomatis akan memproduksi hormon kortisol yang dapat membuat kamu terjaga selama siang hingga sore hari. Menjelang malam hari, tubuh akan memproduksi hormon melatonin yang dapat menyebabkan seseorang merasa lebih rileks hingga akhirnya mengantuk. Perangkat elektronik dengan lampu layar, seperti gadget, televisi, dan komputer memancarkan cahaya yang diperkaya dengan panjang gelombang pendek yang dikenal sebagai blue light. Pancaran blue light yang terpapar dapat menurunkan produksi hormon melatonin alami di malam hari sehingga mengurangi rasa ngantuk yang muncul.
Kita tahu bahwa Depresi dan stres bisa hinggap pada setiap orang. Salah satu gejala yang tak bisa dihindari dari kondisi tersebut adalah gangguan tidur, baik kekurangan atau berlebih. Menurut Dr. Eva Suryani, Sp, KJ, pada dasarnya masing-masing orang memiliki ritme sirkadian tubuh yang normal. Otak kita berfungsi sebagai pusat pengendali yang mengatur siklus tubuh kita seperti kapan bangun dan kapan saatnya tidur.Â
Namun, saat kondisi stres dan depresi, ritme sirkadian akan bermasalah. Bahkan, perubahan ritme tersebut bisa berhari-hari, hingga berminggu-minggu. "Salah satu alasannya, bisa karena dia berpikir terus, sehingga otak terus berputar (berpikir), dan berujung tidak bisa tidur," ungkap Eva. Karena pusat pengendali ritme tersebut ada di otak kita, maka kita  perlu mendorong agar kembali mengatur pola tidur kita kembali normal, seperti tidur dan bangun jam yang sudah kita sesuaikan. Aturan ulang itu harus dibiasakan, sehingga dapat kembali ke ritme normal.
Dari hal sederhana, pola tidur yang tidak seimbang membuat kita bisa stres artinya kesehatan mental kita sudah terganggu. Dengan pola tidur kita yang terganggu mengakibatkan kita merasakan capek yang luar biasa besok harinya. Dengan begitu kita akan terlambat untuk bekerja sehingga mengakibatkan stres. Dampak stres karena pekerjaan tidak hanya mengganggu kejiwaan, tapi juga berdampak pada kesehatan fisik secara menyeluruh.
Perkembangan pesat teknologi telah membawa dampak signifikan pada kesehatan mental kita masing-masing, dan dengan menggunakan secara berlebihan dapat mengganggu ritme tidur kita dan memengaruhi produksi hormon yang mengatur relaksasi dan kewaspadaan. Depresi, stres, dan gangguan tidur sering kali terkait erat dengan penggunaan teknologi yang kita gunakan secara berlebihan.Â