“Dik, kok ambil pendidikan TIK? Kok gak ambil kuliah TIK saja?”
“Otak saya gak mampu di TIK pak, saya gak begitu bisa bikin program. Jadi saya ambil saja jurusan pendidikan TIK yang lebih mudah”
Hedeh… udah kerjaan guru dianggap second rate job, sekarang pengakuan lulusan pendidikan yang diharapkan jadi guru, ternyata alasannya karena kuliah pendidikan lebih mudah - yang penting dapat gelar Sarjana S1.
Saya mengalami bahwa nyari guru yang bagus betul-betul susahnya minta ampun. Nyari yang hatinya memang betul-betul terpanggil di dunia pendidikan, yang mau mencurahkan hidupnya untuk membentuk anak-anak bangsa ini.
Waktu saya kuliah, gak pernah tuh dosen saya bilang begini:
“Belajar yang baik, biar bisa jadi DOSEN kaya saya. Ntar ajarin adik-adikmu.”
Yang saya yakin terus didengungkan di kampus-kampus adalah ini:
“Belajar yang baik, biar bisa kerja di PERUSAHAAN TERKENAL. Ntar adik-adikmu diajak masuk ke PERUSAHAAN TERKENAL itu ya.”
Gimana bangsa ini mau berubah kalau pekerjaan di bidang pendidikan tidak dianggap kerjaan bagus untuk masa depan. Lama-lama guru-guru yang sudah berumur macam saya ini gak ada penggantinya, kalaupun ada kualitasnya juga belum tentu bagus. Makanya saya bilang, susah nyari guru bagus...
Hei, orang-orang di media yang bisanya kritik terus.. Lha mbok ya situ-situ sediakan SDM. Kasih sini orang-orang terbaik anda, masukkan mereka ke sekolah-sekolah. Perlengkapi kami, guru-guru, di sisi yang kami tidak mampu karena keterbatasan banyak hal. Kami ini bukan dewa yang menguasai semua ilmu.
Bantu kami mendidik anak bangsa ini. Dana dan fasilitas yang anda-anda berikan memang membantu, tapi kami lebih butuh SDM yang berkualitas. Jangan main kasih sumbangan aja, kalau cuman ngasih duit, semua orang juga bisa. Kasih kami lulusan-lulusan terbaik, arahkan mereka untuk bekerja bersama kami, guru-guru, di bidang pendidikan.