Desa Sitiarjo dan Kedungbanteng merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Malang, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Kedua Desa termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Penguluran. DAS Penguluran merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah (CAT) Sumberbening. Air tanah yang keluar menjadi sumber utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi hingga memasak. Hampir setiap rumah memiliki sumur untuk memanfaatkan air tanah. Tak jarang beberapa rumah ada yang memiliki lebih dari satu sumur yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan peternakan. Namun hingga saat ini informasi kondisi air tanah yang dapat digunakan dalam penyediaan air baku di SItiarjo belum banyak diketahui.
Melihat pentingnya air tanah untuk masyarakat desa dan belum diketahuinya informasi terkait karakteristik kondisi air tanah di kedua desa menjadi salah satu topik menarik bagi Dosen dan Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang untuk melakukan penelitian tentang Kondisi Akuifer dan Airtanah di kedua desa tersebut. Kegiatan ini terselenggara melalui penelitian topik KBK geografi fisik dan teknik dengan sumber dana non APBN UM.
Kegiatan penelitian diketuai oleh Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si, dosen Geografi Universitas Negeri Malang. Anggota pelaksana dalam kegiatan ini adalah Dr. Didik Taryana. M.Si yang menjabat sebagai ketua jurusan geografi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dibantu oleh mahasiswa geografi UM sebagai anggota tim penelitian.
Kegiatan penelitian ini sudah dimulai sejak Januari 2022, dimulai dari malakukan analisis situasi di Desa Sitiarjo dan Kedungbanteng. Kegiatan pengambilan data di lapangan mencakup uji pemompaan air tanah (pumping test), pendugaan geolistrik, uji infiltrasi dan pengambilan sampel air pada beberapa sumur warga di Desa Sitiarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada Juli 2022 dan dilanjutkan dengan melakukan uji laboratorium sifat kimia air tanah, pengolahan hingga analisis data.
Hasil survey ditemukan bahwa Sumur yang dimiliki masyarakat Desa Sitiarjopada umumnya berupa sumur gali tradisional. Menurut warga desa, sumur air tanah jarang mengalami kekeringan, namun pada musim penghujan biasanya air tanah cenderung keruh. Berbeda dengan Desa Sitiarjo, Desa Kedungbanteng yang berada di elevasi yang lebih tinggi dibandingkan Desa Sitiarjo, mengalami kekeringan terutama pada saat musim kemarau. Air dari Sumur Desa Sitiarjo seringkali dikirim ke Desa Kedungbanteng untuk menambah suplai air bagi warga desa.
Pada saat survey sumur warga dilakukan uji pemompaan yang bertujuan untuk mengetahui konduktivitas hidrolik sumur yang dapat menentukan banyaknya airtanah yang dapat mengalir. Selain itu juga dilakukan identifikasi kualitas air tanah menggunakan alat quality checker untuk mengidentifikasi kualitas airtanah secara insitu.
Pengambilan sampel air dilakukan untuk mengetahui nilai kimia airtanah melalui analisis laboratorium. Hasil penelitian menyebutkan bahwa konduktivitas hidrolik di Sitiarjo cenderung lebih tinggi dibandingkan Kedungbanteng. Hal ini mengertikan bahwa kondisi akuifer di Sitiarjo lebih baik dibandingkan Kedungbanteng. Berbeda dengan kondisi akuifernya, kondisi kualitas airtanah di Kedungbanteng lebih baik dibandingkan Sitiarjo. Hal ini disebabkan secara geologi, Sitiarjo berada pada formasi deposit Sungai Penguluran, yang memiliki tingkat pelapukan lebih tinggi dibandingkan di Kedungbanteng.
Penelitian mengenai air tanah di Sitiarjo dan Kedungbanteng tidak banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya lebih berfokus pada bencana banjir yang kerap melanda desa tersebut setiap musim penghujan. Penelitian ini diharapkan akan menambah informasi bagi pengelolaan sumber daya airtanah di DAS Penguluran, terutama di Sitiarjo, dan Kedungbanteng.