Kenapa ya beban anak pertama, apalagi lelaki, sangat berat? Kalian semua para anak pertama, apakah mengalami hal yang sama? Kalau iya, berarti aku tidak sendiri. Aku tidak menyangka pada akhirnya kehidupan semakin berat ketika aku beranjak dewasa. Kalian sama gak? Kalau iya, nampaknya hidup seperti ini.
Pernah gak kalian merasakan perasaan yang sangat tidak nyaman ketika mau pulang ke rumah? Seperti, takut, gelisah, seakan beban hidup seluruh keluarga itu menumpuk di atas ubun-ubun, kemudian beban itu ditekan lagi oleh realita bahwa kita tidak bisa apa-apa setelah dihadapkan situasi seperti ini.
Aku lebay, ya? "Kan, banyak orang di luar sana yang masalahnya lebih berat," iya juga sih, tapi lagi-lagi, selalu ada alasan untuk menyanggah ucapan tersebut, seperti "memangnya kamu tau apa yang aku alami? Memangnya kamu tahu bagaimana rasanya menjadi aku?" Sudahlah, aku hanya bercerita, tidak meminta solusi, sekali lagi, aku hanya butuh teman yang mau menampung semua keluh kesahku tanpa kamu harus terlibat di dalamnya.
Aku egois? Tidak mau mendengar apa kata orang lain? Memang terlihat seperti itu, tapi sulit rasanya mendengar saran orang lain ketika kondisi sendiri saja sudah ringkih. Aku juga tahu, apapun yang terjadi dalam hidup, kuncinya hanya tiga, nikmati, syukuri, jalani. Ya, mungkin hanya itu yang saat ini bisa aku lakukan, entah sampai kapan, hanya aku dan Tuhan yang tahu.
Sebenarnya aku lelah, ingin rasanya berteriak kepada orang-orang, aku lelah! Tapi itu hal yang mustahil, orang-orang akan menganggapku manusia lemah, lebay, tidak tahu bagaimana caranya menikmati hidup, ya sudahlah, aku pendam saja semua ini. Aku hanya berharap waktu akan mengubah kondisi ku saat ini, menunggu, sabar, dan tetap berusaha menghasilkan sesuatu yang terbaik.
Terbaik versi Tuhan ku, karna terbaik versi diriku bisa saja jebakan bagi diriku sendiri. Hingga pada akhirnya, hanya Tuhan-lah yang mengerti perasaan ku, orang lain tidak, teman ku juga tidak, keluarga pun sama sekali tidak. Mungkinkah aku akan menjalani ini semua sendiri? Entahlah, yang jelas, aku sedang berusaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H