Mohon tunggu...
ferry young
ferry young Mohon Tunggu... -

KATA laksana pedang seorang ksatria.... dan aku adalah ksatrianya... PENJASKES 2013 - FIK - UM

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kenapa Saya Harus Menulis?

17 Desember 2016   09:16 Diperbarui: 17 Desember 2016   09:22 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Ferry Yuli Rakhmanto/Batch 8 3B

Menulis merupakan rutinitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan banyak orang. Baik secara sengaja maupun tidak, setiap orang telah memasukkan tulisan dalam kehidupannya. Contoh kecilnya adalah ketika kita sedang sms, mengirim pesan kepada teman melalui gadget atau sosial media yang lainnya. Tanpa kita sadari kita telah menulis banyak kata dan membaca banyak kata pula. Maka saya berpikir bahwa menulis merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa lepas dari kehidupan banyak orang di era millennium ini. 

Namun saya berulang kali bertanya kepada diri saya mengenai esensi atau tujuan sebuah tulisan itu dibuat. Saya belum mendapatkan penjelasan yang memuaskan hati, ada yang mengatakan esensi menulis itu tergantung oleh si penulis atau sama halnya esensi menulis adalah tujuan utama penulis. Namun saya ingin menjelaskan proses bagaimana saya yang awalnya awam mengenai dunia tulis menulis, kini sangat tertarik untuk mendalam dunia penulisan yang saya rasakan sangat dahsyat pengaruhnya di masyarakat.

Saya adalah orang lapangan, sebut saja begitu karena kegiatan sehari hari saya ada di lapangan. Saya seorang mahasiswa olahraga disebuah kampus ternama di kota Malang. Kebanyakan mahasiswa olaharaga memberi pernyataan bahwa mereka lebih suka praktek daripada teori, secara tidak langsung ada kesan ekplisit bahwa mereka lebih suka kerja ekstra daripada kerja otak(menulis). Namun banyak dosen berkata bahwa kekurangan di jurusan kita yang menyebabkan kurangnya prestasi adalah antusiasme mahasiswa untuk menuliskan hasil praktiknya dalam sebuah tulisan yang rapi dan benar atau istilahnya di bukukan, sehingga jurusan atau kampus mempunyai arsip yang jelas mengenai hasil belajar dari para mahasiswanya. Namun tidak seperti yang terjadi di lapangan.

Laporan praktik seakan akan hanya formalitas untuk mendapatkan nilai, sehingga terkesan awur-awuran dan berantakan. Inilah yang saya rasakan selama ini, namun selain itu ada sesuatu yang baru yang saya pahami, mengapa saya harus menulis dan terus menulis. Hal itu adalah mengenai pembebasan diri dari segala macam penyakit hati, saya bisa mengatakan bahwa menulis merupakan bentuk pelampiasan terhadap berbagai hal yang saya rasa menyakitkan. Maka dari itulah kebanyakan orang menulis sebuah diary agar mereka bisa tenang dalam menjalani hidup. Dari sinilah saya kemudian memutuskan untuk menulis sebuah sajak tentang diri saya sendiri yang tidak semua orang mengetahuinya.

Proses ketertarikan saya ke dalam dunia kepenulisan dimulai dari menulis sebuah sajak puisi, karena dari awal saya sangat tertarik dengan sebuah puisi yang memiliki pesan yang cukup dalam dan tidak semua orang dapat mengartikanya dengan jelas. Selain itu puisi seperti halnya karya seni yang merupakan bentuk ekspresi diri terhadap suatu hal yang bergulat di dalam diri si penulis. Disini saya lebih bebas untuk menulis karena pada awalnya esensi saya dalam menulis adalah untuk kebutuhan pribadi atau diri sendiri. Namun beranjak jauh dan semakin dalam, perlahan-lahan banyak sekali sesuatu yang masuk dalam diri saya akibat dari banyaknya saya membaca. Ternyata selama ini esensi yang saya bawa belumlah menyentuh makna menulis dengan sebenar-benarnya. Bahwa menulis merupakan cara kita untuk bermanfaat bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun