Meski tidak tercatat secara pasti, masyarakat kita (nusantara) sudah mengenal benang dan kain sudah sejak ribuan tahun silam. Pada masa Dinasti Syailendra (Abad ke-8 M) diperkirakan sudah terdapat teknik tenun dan barang-barang kain jadi hasil perdagangan dengan bangsa Cina dan India, hal ini dapat dijumpai pada relief yang banyak terdapat pada candi-candi pada masa itu. Dalam perkembangannya teknik tenun menyebar di seluruh wilayah nusantara, hingga menghasilkan berbagai motif nusantara, diantaranya tenun Palembang, Lampung, Nusa tenggara, dll. Ini menjadi kekayaan nusantara yang luar biasa. Pada masa itu kain menjadi komoditi andalan yang luar biasa. Pedagang kain melintas benua untuk menjajakan dagangan yang bernilai sangat tinggi itu. Hingga di kenallah jalur sutra, jalur perdagangan kain sutra yang menghubungkan Cina, India, Timur Tengah dan Eropa.
Hari ini pun kain tetap menjadi komoditi primadona. Indonesia pernah merajai industri tekstil dunia. Pada era 70an, tekstil buatan bangsa kita ini begitu tersohor. Texmaco adalah salah satu nama besar yang sangat membanggakan pada masa itu. Kini kita pun juga sangat bangga dengan Solo Sritex, inovasi dan kejeliannya mampu menangkal gempuran tekstil Cina dan India. Hari ini Solo Sritex sudah mengekspor produknya ke lebih dari 18 negara. Sarung sebagai pakaian/busana khas bangsa Melayu dan India juga merupakan komoditi besar. Indonesia juga dikenal sebagai produsen sarung terkemuka. Sarung cap Gajah Duduk sebagai salah satu contohnya, yang belakangan gencar ekspansi ekspor ke mancanegara. Sarung yang diproduksi di Surabaya dan Pekalongan ini bukan mustahil mampu menjadi produsen utama sarung di dunia. Bila segenap elemen pelaku usaha dan pemerintah mampu menata kembali strategi industri tekstil bukanlah hal mustahil bangsa ini kembali bertengger menggeser Cina dan India.
Optimisme itulah yang mencoba kembali dibangun oleh para pengusaha apparel (Garment - Konveksi - Sablon – Fashion) bersama More Media Kreasi dan Majalah Printex, dengan menggelar Pameran Bisnis dan Mesin Produksi Pakaian (Apparel Production). Pameran ini sengaja digelar secara roadshow di berbagai daerah dengan tujuan menumbuh kembangkan potensi industri apparel di nusantara. Dengan semangat kompetisi, bangsa ini tidak perlu surut menghadapi pasar bebas. Salah satu yang terdekat adalah ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Pasar Bebas ASEAN. Kesepakatan antar negara-negara ASEAN itu akan segera dilaksanakan pada tahun 2015. Atas hal tersebut harus ada suatu keberanian yang diusung bersama-sama melalui tema “Kreativitas dan Optimalisasi Bisnis Apparel Indonesia Menyongsong ASEAN Economic Community 2015” , digelarlah pameran produksi sandang yakni di Solo pada 28-30 Maret 2014 dan di Bandung pada 13-16 Mei 2014 yang lalu. Acara tersebut mendapat antusias luar biasa besar dari masyarakat dan pelaku industri apparel. Mereka memandang bahwa berbagai celah dalam industri apparel bisa dijajaki.
Begitu pula yang akan digelar di Jawa Timur, tepatnya di JX International Expo Jl. Jend. A. Yani Surabaya pada tanggal 12-15 Juni 2014, gelaran Indonesia Apparel Production Expo 2014 Surabaya akan menyajikan peluang dan potensi bisnis produksi pakaian (Apparel Production) pada masyarakat Jawa Timur. Seperti hal nya semangat yang tumbuh di daerah-daerah lain, kita semua yakin bahwa masyarakat dan bangsa ini mampu untuk kembali meraih kejayaan dalam bisnis sandang/pakaian(apparel). Dengan semangat itu pula kita dari berbagai elemen masyarakat, yakni dunia usaha, perguruan tinggi, media, dan pemerintah, bahu membahu bersama-sama mewujudkan cita-cita itu.
JAYALAH INDUSTRI SANDANG NUSANTARA...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI