Sehari setelah menerima ijazah SMA ,sayapun bergegas menuju stasiun kereta api jakarta kota dengan tujuan bali ,kota dewata katanya,kota turis bule berbuka dada (topless) kata orang yg pernah datang kesana ,laki laki mana yg baru berumur 18 thn yg tdk tertarik dengan omongan gombal ini..(laki laki dengan hormon yg menggelonjak lonjak apabila melihat cewek topless ) . Didalam kereta api saya duduk di sebelah laki laki yg umurnya sebaya dengan saya dan kami pun saling berkenalan dan membicarakan semua masalah dari A sampai Z hanya sekedar untuk membunuh waktu saja. setelah berjam jam duduk di kereta api ,kamipun tiba di surabaya dan saya harus menunggu enam jam di stasiun ini untuk mengambil kereta yg menuju probolingo dan dari sana saya harus mengambil bis yg menuju banyuwangi dan akhirnya menyebrang ke bali sampai stasiun Ubud ( begitulah schema perjalanan saya dari jakarta ke bali ),tapi tak di sangka laki laki ini menawarkan saya untuk menunggu di rumahnya saja,karena banyak arek arek suroboyo yg akan meerampok saya bila saya menuggu di stasiun ini,tambahnya lagi. Mulanya saya sangat segan untuk mengikuti saran dari laki laki ini,karena mungkin saja dia justru si tukang  rampok atau dia ini homo..atau....( masih banyak alasan untuk menolaknya ) namun akahirnya sayapun memberanikan diri untuk mengikuti teman'baru'ini ,dan dia ternyata mempunyai hati yg tulus untuk menolong saya,bahkan dia memohon untuk menghubungi dia apabila saya mendapat kesusahan di surabaya kelak... pendek cerita sayapun sampai dengan selamat di Bali . Bali kota dewata,setiba saya di ubud saya langsung menuju ke villa yg telah saya booking sebelumnya ,setelah melihat pantai sanur,kuta ,pertunjukan tari ini ,tari itu,tempat tempat yg menarik lainya dan tentunya para tourist berdada terlanjang ( topless ) sayapun menjadi merasa jenuh dengan bali. Malam terakhir saya mengunjugi sebuah bar dimana banyak org berdansa dengan musik disco berseling dengan house musik ,tapi apa yg saya harapkan terjadi ternyata tdk terjadi (dapat/ketemu 'pacar')...yg terjadi hanya menghamburkan uang belaka... Dalam perjalanan pulang ternyata apa yg di takuti semua org terjadi pada diri saya,dompet saya  dilengbet org ( di copet ), untung masih ada uang receh sehingga saya masih bisa membeli ticket kereta api sampai ke surabaya, sesampai di surabaya saya berusah untuk mendapatkan uang dengan jalan mencoba untuk menjual celana jeans dan jam tangan saya namun tak seorangpun yg berani membelinya ,dengan malu malu sayapun pergi menuju rumah temen 'baru'saya. Setelah saya ceritakan apa yg terjadi dengan saya di probolinggo ,diapun segera meminjam uang ketetangganya untuk bisa membelikan ticket untuk saya ( sesampainya di jakarta saya segera mengirim uang ke rumahnya melalui jasa DHL ) Moral dari cerita ini adalah : Jangan takut untuk berteman dengan siapapun juga...karena teman yg baik hanya datang satu kali dalam hidup ini....selamat berhari libur....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H