Mohon tunggu...
Ferry Silitonga
Ferry Silitonga Mohon Tunggu... karyawan swasta -

My life = psychology + movies + musics

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sehat Mental dengan Makanisme Pertahanan Diri (Ego)

16 Mei 2011   06:06 Diperbarui: 4 April 2017   17:29 12380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Freud, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi diawal-awal berdirinya, mengemukakan sebuath konsep teori yang dinamankan psikoanalisis dan sampai sekarang pengaruh itu masih sangat kuat sehingga disebut sebagai kekuatan pertama dalam ranah psikologi.

[caption id="" align="alignright" width="224" caption="majesticequality.wordpress.com"][/caption] Ada banyak teori yang dikemukakan oelh Freud dan salah satunya adalah pembentukan mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism). Mekanisme pertahanan diri adalah sebuag tameng yang digunakan manusia sebagai pelindung untuk melindungi ego (dirinya) dari keadaan yang mencemaskan atau keadaan yang akan melukai egonya.

Jadi ketika suatu keadaan mengancam ego seseorang, secara tidak sadar (dan biasanya spontan) individu tersebut akan menggunakan self defense mechanism untuk melindungi egonya dari terluka. Dalam kehidupan sehari-hari, self defense mechanism ini adalah wajar (normal) dilakukan seseorang, tetapi yang menjadi masalah adalah ketika self defense mechanism ini menjadi bagian dari life style atau kebiasaan seseorang, maka dipastikan dia tidak sehat mental atau abnormal.

Ada beberapa bentuk self defense mechanism yang ditemukan oleh Freud, antara lain:

Represi merupakan bentuk self defense mechanism dimana seseorang menekan dalam-dalam suatu keadaan yang sangat menyakitkan atau mencemaskan ke pikiran-pikiran di alam bawah sadar. Melalui self defense mechanism ini, kejadian-kejadian yang mencemaskan itu dikubur dalam-dalam ke alam bawah sadar, sehingga terbentuk sebuah keadaan seperti lupa akan kejadian itu.

Oleh karena itu, ingatan yang ditekan ini, bisa muncul ke permukaan bertahun-tahun setelah ditekan. Menurut Freud, represi sering terjadi diantara orang yang memiliki hubungan sedarah. Sebagai contoh, seorang wanita di Amerika melaporkan ayahnya sendiri kepangadilan karena tiba-tiba mengingat kejadian 27 tahun lalu dimana dia melihat ayahnya memperkosa dan membunuh teman dekatnya.

Walau kemudian putusan itu dibatalkan, hal ini membuktikan bahwa represi itu ada. Teori ini masih sangat kontroversial karena susah untuk dibuktikan kebenarannya.

  • Formasi reaksi (reaction feromation)

Pernah tidak menemukan seorang agamawan yang sangat berapi-api mengemukakan kebanaran agama kepada umatnya, tetapi belakangan ditemukan kalau dia ternyata pernah melakukan pelecahan seksual. Atau seseorang yang dengan semangat berkobar-kobar mendukung monogamy, padahal belakangan diketahui dia mempunyai selingkuhan, kemungkinan tidak satu, tetapi banyak.

Inilah yang dimaksudkan Freud dengan formasi reaksi, yaitu proses-proses mengenyahkan dorongan-dorongan yang mengancam dengan sangat berfokus pada sesuatu yang merupakan kebalikan dari tindakan atau pikiran yang sebenarnya. Jadi Freud berpendapat bahwa orang-orang yang kelihatan “bermoral” sebanarnya sedang bersusah payah melawan ketidaknormalan mereka sendiri. Jadi karena ego mereka terancam, maka mereka berperilaku baik, tamak, sabar untuk menutupi keabnormlan mereka sendiri.

  • Penyangkalan (denial)

[caption id="" align="alignleft" width="113" caption="blogasarea.wordpress.com"][/caption] Self defense mechanism yang satu ini sering kita lakukan sendiri. Denial ini biasa kita lakukan kalau sedang stres berat atau kejadian-kejadian yang sangat menyakitkan, seperti kehilangan orang yang kita cintai.

Denial akan terbentuk untuk melindungi ego kita. Jadi ketika, missal, kita kihilangan istri kita, kita menyangkal bahwa dia telah mati, tidak percaya dia telah mati, untuk melindungi diri dari keadaan cemas telah ditinggalkan. Tetapi keadaan seperti ini ada batasnya, paling tidak 2 minggu setelah kejadian, tetapi jika lebih, hati-hati karena sangat dekat dengan gangguan jiwa berat.

Self defense mechanism ini juga salah satu yang paling sering digunakan. Proyeksi adalah memproyeksikan atau mengarahkan penyebab kecemasan yang ada di dalam diri sendiri kepada orang lain. Sebagai contoh, mungkin kita tidak sadar telah melakukannya, ketika ketika kita merasa lapar, kemudian kita mengatakan kepada teman kita,“hei, bukannya tadi kamu bilang lapar? Yuk makan.”

Sebanarnya yang lapar adalah dirinya sendiri, tatapi diproyeksikan kepada orang lain untuk menghindari egonya (dirinya) malu. Kita sering melakukan proyeksi, tetapi kita tidak meyadarinya.

Hal ini juga sering kita lakukan. Ketika merasa kesal setelah diputuskan pacar, maka kita menuangkan segalanya dalam bentuk tulisan. Ya secara sederhana, seperti itulah bentuk pengalihan. Jadi, kita mengalihkan hal-hal yang mencemaskan kita ke benda-benda yang tidak memiliki ancaman kepada kita.

Misalnya, setelah dipermalukan atasannya dikantor, seorang semua memukuli istrinya sebagai pelampiasan atas perilaku atasannya. Pengalihan ini memang cukup berbayaha dan bahkan bisa mengancam keselamatan diri sendiri, misalnya ugal-ugalan di jalan setelah ditolak pacar.

Regresi adalah kembali ke tahap/ masa-masa perkembangan sebelumnya yang lebih nyaman. Biasanya ini terjadi pada anak-anak dan masa awal remaja. Misalnya, seorang anak berusia 5 tahun yang mendapat adik baru, merasa cemas kalau cinta orang tuanya akan menjadi milik adiknya. Akhirnya dia sering mengompol dan berak di celana, sekedar untuk menghilangkan kecemasan akan kehilangan cinta orang tuanya.

Seperti yang telah dijelaskan diawal, bahwa merupakan hal yang biasa dan normal ketika kita melakukan self defense mechanism ini untuk melindungi diri dari kecemasan dan kajadiaan yang mengancam kita. Tetapi menjadi tidak normal ketika itu menujadi bagian dari perilaku kita sehari-hari. Ini membuat kita menjadi tidak sehat mental, penipu, suka berbohong, agresif dan membahayakan orang lain dan diri.

Semoga tulisan ini bermanfaat, paling tidak untuk mengenali diri sendiri secara lebih utuh….

Selamat berlibur….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun