Cuma bisa menghela nafas saat membaca Ini Tanggapan Kapolres Semarang Soal Ancaman FPI di Kompas.com hari ini. Mengutip isi artikel tersebut:
Sebelumnya, pada Selasa lalu, Sekretaris Dewan syuro FPI Jateng, Jindan Bahrul telah menolak tegas perayaan Natal yang akan dilaksanakan di Lapangan Sidomulyo. Jindan menilai, hal itu dinilai sebagai toleransi yang kebablasan dan tidak menghargai keberadaan Masjid Agung Ungaran, yang lokasinya tepat di sisi lapangan.
"Masih banyak lokasi lain yang layak digunakan untuk perayaan Natal, kenapa harus di depan Masjid Agung. Lebih baik dipindahkan ke lokasi lain, daripada menyinggung perasaan umat Islam," ungkap Jindan.
Jindan menambahkan, FPI dan GPK akan melaksanakan pengajian akbar di Masjid Agung Ungaran sejak malam Natal, sebagai aksi nyata untuk menggagalkan perayaan Natal di Lapangan Sidomulyo.
Benarkah menjadi toleransi yang kebablasan? Jadi terbayang Gereja Katedral Jakarta yang posisinya berseberangan dengan Mesjid Raya Istiqlal. Pernah juga melihat gereja dan mesjid di Pangkalanbun, Kalimantan, yang letaknya benar-benar berdampingan. Apakah itu menjadi lebih kebablasan?
Benarkah tidak menghargai keberadaan Masjid Agung Ungaran? Apakah yang dilakukan dalam perayaan Natal sampai-sampai dikatakan tidak menghargai keberadaan Mesjid? Apakah Mesjid akan diusik atau dikotori? Separah itukah prasangkanya?
Lebih baik dipindahkan ke lokasi lain, daripada menyinggung perasaan umat Islam. Kalau membicarakan masalah menyinggung perasaan, jangan tanyakan perasaan siapa yang sudah seringkali disinggung. Umat beragama yang minoritas, di Indonesia tercinta ini, sudah ditempa sampai akhirnya kebal dengan perasaan tersinggung. Sisi positifnya: bisa menjadi pribadi yang lebih sabar.
FPI dan GPK akan melaksanakan pengajian akbar di Masjid Agung Ungaran sejak malam Natal, sebagai aksi nyata untuk menggagalkan perayaan Natal di Lapangan Sidomulyo. Sampai pada pernyataan ini, rasanya ingin pergi ke Kementerian Agama dan menanyakan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk menciptakan kerukunan alias toleransi antar umat beragama di Indonesia? Kenapa kebencian semakin terlihat luar biasa?
Ah, sejak dulu ingin rasanya pindah kewarganegaraan. Ingin pergi ke negara yang benar-benar rukun dan menghargai perbedaan. Diawali dengan pengalaman waktu kecil yang sering dipanggil "babi"  karena menjadi satu-satunya anak beragama Kristen yang sekolah di SD Negeri pada suatu daerah pelosok.
Mulai ada harapan baru Indonesia akan lebih baik dengan menjadi pendidik. Dari situ bisa membuat perubahan kepada anak didik: membuka dan mengembangkan pandangan untuk menghargai perbedaan dan menciptakan kerukunan.
Sangat berterima kasih kepada umat Islam yang benar-benar bisa menghargai umat beragama lainnya. Sangat berterima kasih juga kepada semua umat yang bersama-sama memperjuangkan kerukunan.