Mohon tunggu...
Fernando Simandalahi
Fernando Simandalahi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Only a nerd, trapped in the right body. :D I write quotes on Instagram: @fernandosimandalahi || Baca Novel Wattpad: My (Not So Hot) Pariban : https://www.wattpad.com/343102339-my-not-so-hot-pariban-on-going-satu || Go follow. :)

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Wiro Sableng yang Tidak Cukup "Sableng" (Sebuah Ulasan)

5 September 2018   20:01 Diperbarui: 5 September 2018   20:14 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film adalah narkoba keduaku setelah buku. Film Holywood, lebih tepatnya. Bukannya apa, aku merasa rugi saja mengeluarkan uang untuk menonton film produksi dalam negeri. Bukan bermaksud songong, hanya saja, film-film dalam negeri biasanya hanya diproduksi dalam hitungan bulan, dana minim dengan hanya bermodalkan belahan dada, dan alur cerita yang mudah ditebak. Sudah kebayang kan bagaimana hasilnya?

Padahal dengan harga tiket yang sama, aku sudah bisa menikmati film produksi luar negeri, yang digarap selama bertahun-tahun, dengan dana yang tidak tanggung-tanggung, tim profesional dan aktor-aktor pemenang Academy Award.

Namun, berbeda dengan film-film produksi dalam negeri lain yang tidak kugandrungi, aku sudah sangat menantikan film Wiro Sableng ini sejak pertama kali direncanakan untuk diangkat ke layar lebar.

Selain karena membawa nama besar 20th Century Fox, aku semangat menantikan film Pendekar 212 karena sarat dengan nostalgia masa kecil. Masih jelas tergambar dalam ingatan ketika aku harus 'martandang' ke rumah orang untuk menonton serial film ini. Aku ingin mengalami masa-masa manis itu sekali lagi.

Well, pada akhirnya--dengan sangat menyesal--aku hanya bisa memberi enam bintang.

---

Dimulai dari soundtrack. 

Sejak awal, aku sudah sangat ingin mendengar lagu 'Wiro-Wiro Sableng, Sinto-Sinto Gendeng' (tidak tahu judulnya), seperti yang biasa ada di awal dan akhir serial Wiro Sableng di masa kecilku dulu (kalian tahu kan, maksudku?).

Tapi, hingga detik terakhir tidak ada sedikit pun lagu ini terdengar. :'( Padahal lagu itu sudah menjadi semacam identitas untuk film Wiro Sableng. Dan harusnya akan sangat menjadi faktor utama suksesnya misi mengulang-masa-kecilku.

Kedua, kualitas acting.
Yes, I know nothing about acting. Tapi, kita pasti bisa mengetahui jika para pemain di sebuah film tidak terkesan natural. Aku terutama tidak puas dengan acting Vino G. dan Sherina Munaf yang menjadi aktor utama dalam film laga ini. Rasanya ada yang tertahan. Tidak tahu apa karena dialog yang 'dipaksakan' memakai gaya modern (nilai minus lagi. Saya lebih suka jika dialognya memakai gaya zaman kolot) atau karena faktor lain. Entahlah. 

Selain itu, Vino yang speaking voice-nya terlalu light itu menurutku---sebenarnya---tidak terlalu cocok untuk memerankan Wiro. Benar, karakter Wiro harus diperankan oleh seseorang yang pembawaannya santai. Tapi, suara Vino yang terlalu ringan menjadi sebuah masalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun