Arnold Ap pernah mengatahkan bahwa, musik yang dikembangkannya adalah semi modern. Karena alat musik yang mereka pakai adalah kolaborasi alat musik: tifa, okulele (walaupun dijual di toko tapi mereka buat sendiri karena bunyinya beda), guitar bass (ada jual di toko, tapi mereka buat sendiri, guitar bass dua tali). Arnold Ap bilang inilah kami anak-anak Papua. Ini kami punya alat musik dan ini kami punya lagu-lagu. Kami tidak terlalu tradisional dan tidak terlalu modern. Tapi kami ada di tengah-tengah, karena kami ada kolaborasi musik. Dan itu kami orang Papua.
Sejak terbunuhnya Arnold Ap pada Minggu 21 April 1984 lalu hingga kini lagu-lagu kaset Membesak tidak diproduksi lagi, karena master lagu-lagu dan alat perekamnya ada di Papua New Guinea. Lagu-lagu Mambesak yang beredar sekarang adalah rekaman dari kaset ke kaset.
Dulu selain Mambesak, ada kelompok musik lain, seperti Yaromba Apuse, Mansayori, Kamasan, Yance Rumbino dan kelompoknya di Nabire juga dengan musik akustiknya serta beberapa kelompok musik lain, tapi tidak dilanjutkan, karena trauma dengan pembunuhan personil Mambesak. Situasi sebelum masa reformasi itu, kalau orang menyanyi lagu-lagu Papua itu dianggap OPM " bisa ditangkap, dipukul, disiksa.
Akhirnya tidak ada pengembangan lagu-lagu daerah Papua, sehingga hanya terhenti di Mambesak. Dan tidak ada lagi yang melanjutkan atau mengembangkannya sampai pada 1990-an baru orang mulai menyanyi lagu-lagu Papua untuk Yosim Pancar untuk dilombakan. Tapi belum ada kelompok yang menyanyi khusus lagu-lagu Papua seperti Mambesak. Saya tidak tahu kendalanya di mana, tapi mereka tidak bertahan selamanya. ujar wiliam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H