TESTIMONI GURU PENGGERAK
Menjadi Guru Penggerak adalah sebuah kesempatan dan prestasi yang luar biasa setelah bergelut dengan padat kegiatan yang tengah dijalani.
9 bulan bukanlah sebuah waktu yang singkat. Sebuah perjalanan yang begitu panjang dengan berbagai tantangan dan cobaan.  Stress, panik, bingung, lelah, marah  dan semua yang merasuki diri hilang dan terkikis oleh derasnya ilmu yang kami peroleh.
Ilmu tentang Paradigma dan visi guru penggerak yang mana didalamnya saya belajar tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal saya menjadi agen perubahan dalam transformasi pendidikan.Â
Memahami Nilai Dan Peran Guru Penggerak menyadarkan saya akan arti penting dan peran saya sebagai seorang guru. Visi dan misi guru penggerak dengan berpedoman pada tahapan BAGJA melatih saya untuk dapat menyusun visi dan misi yang berpihak pada murid.Â
Membangun Budaya Positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid sehingga bisa membantu saya  mencapai visi guru penggerak.  Saya belajar bersama bagaimana peran guru dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid dan bagaimana bisa membangun visi sekolah yang membangun budaya positif.
Saya dan kita semua mempercayai bahwa anak lahir dengan keunikannya masing-masing. Sebagai pendidik, kita memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap anak didik kita mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai untuk mereka. Lewat praktek Pembelajaran Berdiferensiasi, murid tidak hanya akan dapat memaksimalkan potensi mereka, tapi mereka juga akan dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting.Â
Nilai-nilai tentang indahnya perbedaan, menghargai, makna baru dari kesuksesan, kekuatan diri, kesempatan yang setara, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai penting lainnya yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara lebih holistik/utuh.Â
Oleh karena itu, penting untuk kita semua pendidik mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilakukan, dengan cara-cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelolanya secara efektif. Tugas kita adalah menyiapkan pembelajaran yang berdiferesiasi sesuai dengan profil belajarnya, kebutuhan belajarnya, dan minat belajarnya baik dalam content, proses maupun produk sehingga potensi mereka lebih dihargai dan dimaksimalkan.
Melalui modul Pembelajaran Sosial Emosional saya belajar untuk dapat mengeksplorasi  berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan aspek sosial dan emosional murid. Melalui fase MERRDEKA, saya diajak untuk  terlibat dalam pengalaman belajar yang dilandasi sikap terbuka, rasa ingin tahu dan semangat bertumbuh, yang dilakukan secara  mandiri maupun kolaboratif.
Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, peran kita sebagai guru sangatlah penting.  Sebelum guru dapat membantu murid, kita perlu belajar memahami, mengelola, dan  menerapkan pembelajaran sosial dan emosional  dalam diri kita.  Di sini saya  belajar untuk menumbuhkembangkan aspek sosial dan emosional dalam diri saya melalui berbagai kegiatan praktikum, diskusi dan refleksi yang dilakukan dengan pendekatan berkesadaran penuh.