Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricketer | Bererod Gratia

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dia Terluka

6 Agustus 2024   23:36 Diperbarui: 9 Agustus 2024   13:14 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Alexa hari ini tdk ia tutur dlm balut senyumnya yang manis sprt biasanya. Tangisan dan deraian air matanya bercerita: Dia terluka dan mungkin tidak akan dia lupa. 

Dalam dekap mama ia menangis membuat ceritanya hari ini terdengar samar tapi nenar, memar, dan sedih. Menyimak cerita versi polosnya tentang pengalaman hari ini membuat saya merefleksikan sesuatu dan biarkan refleksi itu menjadi catatan saya sebagai orangtua untuk menjadi bekal mendampinginya pada hari-hari kedepan. 

Sumber: Fernandes Nato
Sumber: Fernandes Nato
Dunia anak-anak mungkin seperti itu. Bermain, baku hantam, terluka, tertawa, lalu lupa. Mereka tidak begitu peduli pada sakit-sakit karena bentur dan terbentur. Lebam dan luka hanyalah bagian dari cerita dalam bermain. Setelah baku tampar mereka lalu baku cerita lalu tertawa, baku tampar lagi, menangis, lalu kembali tertawa. 

Pemberian persepsi atas pengalaman anak-anak yang dilihat dan didengar oleh orang dewasa kadang membuatnya menjadi sesuatu yang begitu serius. Sedangkan pada dirinya atau sejatinya dunia anak-anak adalah dunia manusia bermain (homo ludens). 

Saya barangkali yang memberi persepsi serius terhadap dunia bermain anak-anak ini. Saya punya alasan, karena usia dunia bermain ini adalah masa emas pertumbuhan mereka. Bila mereka bermain untuk membuat mereka tumbuh maka mereka akan tumbuh dan besar. Bila mereka bermain dengan kekerasan maka mereka akan menjadi 'ba**n*an' serta tidak memiliki empati. 

Sumber: Fernandes Nato
Sumber: Fernandes Nato
Sudah semestinya rumah sebagai tempat bersemayamnya nilai-nilai luhur dan agung yang menjadi bekal dalam menghadapi tantangan yang akan diberikan dunia. Didikan, pengajaran, perhatian, dan kultur keluarga menjadi sesuatu yang wajib terinternalisasi dengan baik dalam diri setiap anak. Saling terbuka dan berbagi cerita menjadi salah satu value yang perlu ditanamkan dalam diri setiap anak. Tidak bisa tidak. 

Kejujuran dan keberanian Alexa untuk bercerita kepada Papa dan Mama hari ini menjadi sebuah indikator baik bagi kami sebagai orangtua tentang pencapaian-pencapaian kecil dalam pendampingan pertumbuhannya. Padanya juga kami mengajarkan bahwa tangan, kaki, dan seluruh 'kesadaran' kita hanya untuk hal-hal baik. Tidak untuk memukul, apalagi menindas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun