Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricketer | Activist CU Bererod Gratia

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ancaman terhadap Mutu Pendidikan di Era Cepat Saji

12 September 2023   13:08 Diperbarui: 12 September 2023   19:26 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Pengusaha Biro Perjalanan dari Labuan Bajo, Bung Raffael. Foto: Eksklusive.

Pembuatan perencanaan belajar yang tinggal jiplak alias copas, pembuatan soal ulangan yang tinggal copas, maka juga dalam proses asesesmen yang diikuti siswa juga tidak terlepas untuk tergoda copas dari sumber internet untuk menjawab soal hasil copas tadi. Tentu saja ini bisa menjadi sebuah protest keras dari guru yang tidak melakukannya dan ini adalah generalisasi yang mana masih ada juga guru yang tidak melakukannya. Tapi pada lingkaran per-copas-an tersebut tentu tidak terlalu mengagetkan bila terjadi. Peserta didik selalu mampu meniru dengan sangat baik pola yang dilakukan oleh para gurunya. Bila ada guru yang menjadi kaget, dugaan saya, itu hanya berpura-pura kaget saja.

Evolusi asesmen dari manual ke prangkat digital tentu saja bukan menjadi hal baru dalam era kemajuan teknologi ini. Tentu saja dengan segala resiko yang akan mengikuti. Bahwa tidak sedikit siswa yang memiliki ketergantungan pada google atau sumber belajar yang digunakan di sistus internet. Bila ada kesulitan, nalar kritisnya dialpakan dan tinggal google lalu persoalan selesai. Begitu saja percaya pada google dan tidak ada juga upaya serius format ulang terhadap informasi yang berseliweran di internet tersebut.

Fenomena lain bahwa banyak siswa cenderung tidak fokus pada dan tergoda membuka soal/jawaban pada media pencarian, bahkan bila di ruangan tersebut memiliki pengaws sekalipun. Jari jemari mereka cukup terlatih untuk begitu cepat membuka layar dobel tanpa menimbulkan kecurigaan. Belum lagi saat CBA (Computer Based Assesment) seluruh sumber belajar diinternet terbuka kemungkinan untuk diakses. Bila ada kesempatan maka sangat mungkin hal tersebut (mencontek) akan dilakukan.

Rancangan tempat duduk yang sangat berdekatan, misalnya di lab dengan jumlah peserta asesmen yang seabrek, memungkinakn peserta didik lain bisa 'mengintip' jawaban asesmen teman lainnya dan bila mungkin akan di-copas (copy-paste). Pengawasan yang longgar juga memungkinkan peserta asesmen 'berdiskusi hening' terkait sebuah soal dan jawabannya dan juga berbagai muslihat tidak mutu lainnya yang dipraktikkan dalam ruang asesmen.

Perlu Polisi Penegak Mutu

Sama seperti peserta didik yang diawas saat mengikuti asesmen, maka guru-guru juga perlu dilakukan pengawasan dalam perencanaan, pelaksanaan atau proses, dan juga rancangan asesmen yang bermutu. Perlu ada 'polisi penegak mutu' sehingga setiap porses yang dilakukan oleh guru akan bersesuaian dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan juga terarah pada tujunyang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Polisi utama dalam penegakan mutu ini tentu saja kepala sekolah dan juga tim edukasi yang terdiri atas para wakil kepala sekolah. Bila kepala sekolah sangat sibuk dengan tugas kedinasan maka penting untuk membentuk satu tim utama yang beranggotakan guru-guru berintegritas dan juga kompeten untuk memberi penilaian terhadap mutu dari guru lain dalam merencanakan, melakukan dan mengukur ketercapaian pembelajaran. Tugas dalam menjaga mutu tersebut dapat didelegasikan.

Evidence Based Evaluation atau evaluasi objektive berdasarkan data terhadap setiap guru secara berkala akan membentuk suatu kultur mutu yang baik pada sebuah satuan pendidikan. Bagi guru-guru yang dinilai kurang, tentu saja harus dikirim untuk mengikuti learning process tertetu untuk peningkatan kompetensinya.

Terkait asesmen tertulis, baik yang formatif ataupun yang sumatif, agar prosentase jumlah soal pilihan ganda lebih kecil dari jumlah soal dengan jawaban terbuka. Bila saat ini jumlah soal pilihan ganda mencapai 75% dari soal asesmen dan selebihnya uraian yang juga hanya menekankan kekuatan daya ingat (menghafal), maka pola tersebur harus dibalik. Prosentase bobotnya harus di balik. Bobot untuk soal dengan jawaban terbuka harus 75% sedangkan untuk soal pilihan ganda hanya 25% saja.

Soal-soal asesmen dengan jawaban terbuka akan lebih mendorong siswa untuk tumbuh dalam berpikir, lebih kreatif dalam mencari solusi alternatif atas sebuah persoalan, dan juga mendorong peserta didik memiliki kemampuan mengkomunikasikannya secara tertulis. Optional questions Asessment memiliki kecenderungan untuk memperlemah otot-otot otak dalam berpikir dan hanya memiliki kemampuan repetitif belaka dan tentu saja tidak mampu menciptakan inovasi baru.

Terkait media yang digunakan dalam melakukan asesmen, akan sangat baik bila dalam CBA dengan intervensi teknologi dirancang sedemikian rupa seperti saat peserta didik telah membukan soal asesmen maka dengan sendirinya tertutup kemungkinan untuk membuka sources lain seperti google dan situs lainnya untuk mencari jawaban instant. Tempat duduk antara satu siswa dan siswa lain perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan untuk mencontek. Pengawas harus tegas dalam mengakkan aturan pelaksanaan asesmen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun