Arm Race adalah sebuah kontestasi persenjataan militer yang berlangsung bagi dua atau lebih negara, kontestasi ini dimulai dari keresahan dan keinginan untuk mempertahankan atau meningkatkan keamanan nasional dari suatu negara. Situasi ini berlangsung dari pengembangan persenjataan militer untuk meningkatkan kemampuannya.Â
Istilah "Arm Race" pertama kali digunakan pada saat perkembangan Angkatan Laut Inggris dan Jerman pada awal abad ke-20. Perlombaan ini terlihat dari pengembangan besar-besaran senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berlangsung pada era Cold War, dari dua pihak ini membangun awal pengembangan senjata nuklir yang digunakan sebagai Senjata Pemusnah Masal atau yang dikenal sebagai Weapon of Mass Destruction. Perlombaan senjata militer ini mengakibatkan dinamika ekonomi, politik dan sosial dunia secara signifikan.Â
Negara-negara yang mempunyai gagasan perlombaan Senjata Pemusnah Masal mengalokasikan anggaran dan sumber yang ada dimulai dari sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Perlombaan ini juga akan memberikan ketegangan antar negara yang memiliki arah geo politik yang riskan termasuk risiko konflik besar seperti operasi militer besar-besaran.Â
Untuk mencegah terjadinya kemungkinan perlombaan senjata militer, negara-negara yang mempunyai potensi Offensive melakukan pakta negosiasi kontrol untuk persenjataan nuklir dengan pengurangan dan melakukan tindakan diplomasi secara terukur. Hal ini dapat mereduksi ketegangan antar regional maupun politik global.
Kendati Indonesia merupakan negara yang menganut strategi pertahanan yang bersifat defensif aktif, yakni pertahanan yang merujuk pada pertahanan seperti menangkal, mencegah dan mengatasi segala bentuk ancaman kedaulatan tanpa melancarkan agresi terhadap pihak lain. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, sistem pertahanan negara defensif membuat Indonesia disegani oleh negara lain.Â
Meski APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) terbatas, tetapi kebutuhan pembaharuan alutsista militer Indonesia adalah hal utama. Selama 23 tahun terakhir, anggaran pertahanan Indonesia mengalami fluktuasi, tetapi didominasi peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2000-an, anggaran yang digelontorkan sebesar Rp. 7,3 triliun. Nilai meningkat hingga 10 tahun kemudian, meskipun sempat mengalami sedikit penurunan pada tahun 2004-2005.Â
Anggaran meningkat signfikan pada tahun 2012-2013, dari Rp. 61,3 triliun menjadi Rp. 87,7 triliun. Menurut catatan dari Kementerian Keuangan, alokasi anggaran pertahanan untuk 2024 sebesar Rp. 135, 3 triliun dan turun 6,5% dari 2023. mencapai Rp. 144,7 triliun.
Indonesia sendiri telah membangun kapal perang kelas Fregate, yakni Frigat Merah Putih yang akan dibangun pada galangan kapal milik negara, PT. PAL yang bertempat di Kota Surabaya, Jawa Timur. Frigat ini dibangun dari basis desain Arrowhead 140 dari Babcock, Inggris, dengan spesifikasi panjang 140 meter dan bobot seberat 5.996 ton. Kapal ini akan dibangun dan menjadi kapal terbesar hingga tercanggih saat ini. PT. PAL menyatakan bahwa frigat ini akan dipersenjatai dengan kecepatan maks. 28 knot dengan beban penuh dan memiliki daya jelajah sejauh 9.000 mil pada kecepatan 18 knot.Â
Kapal ini juga dibekali dengan sistem peluncuran vertkal berisi 24 sel VLS (Vertical Launch System) untuk rudal kendali permukaan ke udara atau Surface to Air Missiles (SAM) jara menengah dan 32 sel untuk jarak jauh, serta 16 sel untuk rudal kendali permukaan ke permukaan atau (SSM) Surface to Surface Missiles Kapal ini akan dipasangkan meriam laut 2 sisi dengan kaliber 76mm dari Leonardo, CMS dari perusahaan Turki, Havelsan.