"Kriing kriing" Terdengar suara alarm berbunyi. "hooaaam" Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, melakukan rutinitas paginya dengan biasa. Berangkat sekolah pada jam 6.00 Ia selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat. Sebagai siswa yang pintar dan pemalas Ia adalah tipe anak yang hanya ingin nilai namun juga malas menggapainya. Ia adalah Fakih, anak yang selalu mendapatkan rangking 3 besar setiap ada ulangan. Tentu, Ia dikenal oleh guru-guru karena kepintarannya namun karena itu Ia memiliki banyak teman.Â
Setiap hari ketika di kelas Ia hanya tidur tanpa menyimak sedikitpun penjelasan dari guru tetapi walaupun begitu Ia tetap memahami tentang apa pelajaran tersebut. Ia pun meneruskan kehidupannya di SMA sebagai siswa yang hanya belajar lalu pulang kemudian belajar lagi lalu pulang lagi, tanpa mengikuti ekstrakulikuler apapun karena menurutnya hal tersebut tidak lah penting dan hanya membuang waktunya saja.Â
Akan tetapi Fakih adalah anak yang hanya peduli terhadap dirinya sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Ia hanya sibuk sendiri dengan gadgetnya dan juga pelajarannya tanpa mengetahui bahwa kehidupan diluar sana jauh berbeda dari apa yang ada di sekolah. Fakih adalah anak dari keluarga yang sederhana, seluruh kebutuhan hidupnya Ia gantungkan kepada ayahya sebagi tulang punggung keluarga. Mereka memiliki beberapa ART untuk membersihkan rumah dan juga melakukan kegiatan bersih-bersih lainnya. Kerapkali Fakih hanya bermain hp di rumah untuk menghilangkan rasa bosannya dan tidak melakukan kegiatan apapun.Â
"Fakih, bantuin ayah bersihin loteng" kata ayah. "Lagi sibuk, yah" sahut Fakih. Keseharian Fakih kurang lebih seperti itu. Ketika Ia mendapatkan perintah atau disuruh ayahnya Ia sering mengatakan bahwa Ia sibuk padahal Ia hanya bermain hp di kamarnya. Terkadang Ia juga sengaja pergi keluar demi menghindari suruhan dari Ayahnya.Â
3 Tahun kemudian saat Fakih sudah lulus dari SMA nya dan pergi ke universitas di luar kota Ia terpaksa untuk mencari kos di dekat kampusnya untuk tempat tinggal. Ia terpaksa untuk hidup sendiri di kosannya bersama dengan temannya. Ia berbagi kamar dengan temannnya karena tempat kosannya yang sempit. "Kih, kamu sudah makan ta? Kalau belum ayo beli online" kata Farhan. "Ide bagus Han aku lagi laper nih" kata Fakih. Mereka pun kemudian memesan ayam geprek.Â
Setelah makan mereka melihat bahwa kosannya sangat kotor sekali, mungkin karena sudah lama Farhan tidak kembali ke kosannya karena ada urusan di kotanya. Fakih yang tidak tau cara bebersih rumah Ia hanya membiarkan kosannya itu kotor dan sangat berdebu. Farhan kemudian bertanya "Kih, kamu selama ini nggak beres-beres kosan?". Fakih pun menjawab "Waduh, aku nggak bisa beres-beres Han." Mendengar jawaban itu Farhan sedikit kesal karena bagaimana mungkin Ia tidak mengetahui cara membersihkan rumah yang simpel bahkan menyapu maupun mengepel. "Cih pinter doang ga bisa beres-beres, Sekarang kamu aku ajarin terus nanti bersihin ya". "Okelah" sahut Fakih.
Farhan pun mengajari cara untuk membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel, bahkan mencuci piring. Fakih pun berusaha memahaminya dan sesekali bergantian dengan Farhan untuk menerapkannnya secara langsung. Tanpa disadari Fakih sudah mulai bisa dan terbiasa dengan bersih-bersih rumah. Hingga pada saat waktunya libur kuliah Farhan kemudian memutuskan untuk pulang kampung karena Ia ingin bertemu dengan orang tuanya dan menghabiskan waktu bersama mereka.Â
Hari-hari pun berlalu Fakih merasa kesepian karena tidak ada Farhan yang menemaninya. Ia pun kemudian mengisi waktu luang dengan cara membersihkan rumah seperti mencuci ruang tamu karena dia ingin Farhan bangga seketika dia kembali ke kosannya. beberapa bulan kemudian selagi dia membersihkan ruang tamu dia mendengar ketukan dari pintu, "siapakah itu" dia memikirkan kepada dirinya "Fakih, ini bapakmu" kata bapak. Fakih pun terkejut karena disaat Ia sedang kesepian tiba-tiba bapaknya datang untuk mengunjunginya. "Bapak kenapa ada disini?" Kata Fakih sambil terkejut. "Bapak cuma pingin pastiin keadaan kamu saja" Kata bapak dengan suara tidak yakin, "papa bangga kamu bisa mandiri dengan dirimu sendiri", Fakih cekikikan dengan suara kecil sebelum mengasih kasih pada kata kata bapaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H