Mohon tunggu...
Ferlando Jubelito Simanungkalit
Ferlando Jubelito Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Just an ordinary Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya

19 Juni 2015   16:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Medan merupakan salah satu dari 269 daerah yang akan menyelenggarakan pilkada serentak. Pemilihan walikota dan wakil walikota akan dilangsungkan untuk memilih pasangan walikota/wakil walikota yang akan memimpin jalannya pembangunan Kota Medan selama 5 tahun ke depan. Mencari pemimpin kota yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara yang berpenduduk 2.135.516 jiwa (sumber: BPS Kota Medan).

            Sebagai kota terbesar nomor tiga di Indonesia, laju pertumbuhan Kota Medan bergerak cepat. Begitu juga dengan pertambahan penduduknya. Apabila tidak diantisipasi dengan konsep pembangunan yang terencana, bukan tidak mungkin Kota Medan akan terjebak dengan permasalahan-permasalahan klasik perkotaan seperti kepadatan penduduk, pemukiman kumuh, pengangguran, kemacetan, banjir, dll. Kota Medan harus segera berbenah untuk mencapai pertumbuhan yang rapi dan terencana, sehingga mampu menghindar dari masalah-masalah klasik perkotaan.

Belajar dari DKI Jakarta

            Pasca terpilihnya pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) – Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), ibukota Republik Indonesia ini banyak berbenah dan melakukan perubahan. Keberhasilan pasangan ini dalam merapikan sebagian wajah ibukota republik yang sebelumnya tampak kusam ini juga yang membuat popularitas nama Jokowi naik daun. Meskipun telah terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, kepemimpinan Jokowi di Jakarta diteruskan oleh wakilnya Ahok. Kini Ahok menjadi panglima yang memimpin jalannya pemerintahan dan pembangunan DKI Jakarta. Pelan-pelan Jakarta berbenah menuju kota megapolitan yang ramah dan bersahabat bagi warganya.

            Salah satu perubahan mendasar yang dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta ini adalah dalam hal tata kelola pemerintahan. Kota megapolitan yang maju tentu harus mempunyai pelayanan publik yang prima, cepat, ramah dan tidak berbelit-belit. Sistem lelang jabatan yang diberlakukan oleh pemerintah provinsi DKI membuat banyak perubahan di dalam sistem birokrasi. Para pejabat struktural pemerintahan provinsi DKI Jakarta dipilih berdasarkan hasil seleksi yang ketat dan transparan. Hal ini membuat para pejabat struktural yang terpilih adalah orang-orang terbaik yang secara kapasitas dan kapabilitas layak menduduki posisi tersebut. Iklim kerja di dalam sistem birokrasi dan tata kelola pemerintahan pemprov DKI juga perlahan-lahan berubah semakin produktif. Karena ukuran yang dipakai untuk kenaikan jabatan adalah kinerja dan prestasi kerja. Membuat setiap PNS pemrov DKI terpacu untuk bekerja lebih produktif dan efisien agar dapat menunjukkan prestasi kerjanya. Wajah sistem pelayanan publik juga berubah menjadi lebih cepat, ramah dan bersahabat. Setiap warga bisa melaporkan keluhan-keluhan mereka kepada kepala pemerintahan setempat. Keputusan Ahok untuk mengunggah video rekaman setiap rapat-rapat anggaran pemprov DKI juga mendapat apresiasi. Membuat seluruh warga DKI dapat berpartipasi mengawasi jalannya pemerintahan dan pembangunan di DKI Jakarta. Keputusan yang membangkitkan rasa memiliki warga DKI pada kota yang menjadi tempat tinggal mereka. Selain membenahi tata kelola pemerintahan, Ahok juga membenahi tampilan wajah kota dengan membangun taman, merevitalisasi waduk, menata PKL dan pemukiman kumuh, serta memulai pembangunan sistem transportasi publik yang cepat dan nyaman.

Belajar dari Bandung

            Berbeda dengan walikota kota lainnya yang berusaha membangun kota dengan baik untuk meningkatkan indeks kebahagiaan (level of happiness) warganya. Walikota Bandung Ridwan berpikir sebaliknya. Walikota ini berusaha meningkatkan indeks kebahagiaan warganya lebih dulu sembari memperbaiki infrastruktur, tata kelola pemerintahan dan permasalahan-permasalahan perkotaan lainnya. Sebagai seorang arsitek, Ridwan Kamil menggunakan keahliannya untuk merancang dan membangun taman-taman tematik di Kota Bandung. Banyak sudut-sudut kota dan taman-taman kota yang disulap menjadi taman-taman indah yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan melepas penat oleh warga Kota Bandung. Pembangunan Kota Bandung difokuskan pada roh Kota Bandung itu sendiri sebagai kota artistik dan kota kreatif. Dengan hadirnya taman-taman tematik dan artistik di Kota Bandung diharapkan dapat menghidupkan suasana kota dan menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kota Bandung.

Belajar dari Surabaya

            Kota Surabaya hari ini mendunia karena sosok keibuan dari seorang walikota bernama Tri Rismaharini. Walikota rendah hati ini baru saja dinobatkan menjadi walikota terbaik ketiga di dunia tahun 2015 oleh World Mayor Prize (WMP). Walikota perempuan pertama yang memimpin Kota Surabaya ini terkenal karena kegemarannya turun tangan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dipikirkan untuk dikerjakan seorang walikota. Tri Rismaharini mau turun tangan untuk menyapu jalanan dan merawat taman Kota Surabaya. Seorang pemimpin yang berusaha melakukan perubahan dengan menunjukkan keteladanan. Menjadikan dirinya menjadi pelayan yang siap bekerja untuk kota dan rakyatnya.

Kota Medan Masa Depan

            Sebagai kota metropolitan yang sedang berkembang, Kota Medan harus segera berbenah dan mempersiapkan diri agar tidak terjebak dalam permasalahan-permasalahan klasik perkotaan yang saat ini mulai timbul di ibukota Provinsi Sumatera Utara ini. Pemimpin Kota Medan harus belajar dari kepemimpinan Ahok di DKI Jakarta yang berani menerapkan sistem lelang jabatan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pelayanan publik yang cepat, ramah dan bersahabat harus menjadi andalan Kota Medan dalam menjalankan roda pembangunannya. Dari sisi transportasi, Kota Medan juga harus belajar dari DKI Jakarta. Mengantisipasi pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan tidak bertambahnya lebar ruas jalan yang dapat menyebabkan kemacetan di masa depan. Kota Medan harus segera membangun sistem transportasi publik yang cepat, bersahabat dan nyaman. Kota metropolitan yang maju bukan diukur dari kepemilikan kendaraan bermotor warganya, melainkan jumlah warga yang menggunakan transportasi publik kotanya. Belajar dari Kota Bandung, Kota Medan juga harus memiliki sistem drainase yang baik beserta taman kota sebagai daerah resapan air untuk mencegah terjadinya banjir di masa depan. Kota Medan mempunyai banyak taman kota yang dapat direvitalisasi menjadi daerah resapan air dan sentra hiburan relaksasi warga kota. Kepemimpinan di Kota Medan juga harus banyak belajar dari kepemimpinan Tri Rismaharini di Surabaya yang berani memberikan contoh dan teladan. Memimpin kota yang terkenal dengan slogan “ini medan bung” harus berani memberikan contoh keteladanan yang tegas. Hanya contoh dan keteladanan yang mampu mengalahkan karakter kota yang terkenal keras seperti Kota Medan. Walikota adalah pemimpin pelayan rakyat yang mampu melayani penduduk Kota Medan dengan kepemimpinan yang berkualitas dan berkarakter.

Sosok Pasangan Calon Ideal

            Meskipun tahapan uji publik telah ditiadakan di dalam UU No 8 Tahun 2015 tentang Pilkada, namun partai politik diharapkan tetap melakukan uji publik terhadap bakal pasangan calon yang akan mereka usung secara internal. Apabila ditinjau secara seksama, selama ini proses pencalonan pasangan calon yang dilakukan oleh partai politik di dalam pilkada kurang memperhatikan aspirasi masyarakat. Masyarakat cenderung dipaksa untuk memilih pasangan calon yang merupakan pilihan partai politik. Akibatnya pasangan calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik tidak berasal dari aspirasi masyarakat. Partai politik harus lebih peka mendengarkan aspirasi masyarakat saat menentukan bakal pasangan calon yang akan mereka usung. Agar kualitas sistem demokrasi yang dibangun di daerah tetap mengikuti filosofi “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.

            Pilkada walikota dan wakil walikota Kota Medan adalah momentum pertama untuk berbenah secara serius. Pilkada yang akan dilangsungkan pada tanggal 9 Desember 2015 yang akan datang, harus mampu menghasilkan pemimpin yang amanah, berkarakter, visioner dan berintegritas tinggi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Menjadi panglima dari pembangunan Kota Medan yang terarah dan terencana selama 5 tahun ke depan. Sebagai warga Kota Medan, kita rindu melihat dan merasakan Kota Medan yang kita cintai tumbuh menjadi kota metropolitan yang modern, bersahabat dan ramah. Kita rindu sosok pemimpin Kota Medan yang juga mendunia seperti para pemimpin DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya. Semuanya berawal dari pemilu yang demokratis, jujur dan adil. Partai politik mempersiapkan pasangan calon yang mumpuni dan berkarakter. Rakyat juga memilih sosok pasangan calon yang jujur serta siap secara kapasitas dan kapabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun