Mulainya bermunculan para pemimpin di semua sektor dan lini dari kalangan generasi milenial, mereka terlahir lahir antara tahun 1990-an atau awal tahun 2000-an. Diantara yang mengundang perhatian dan mencengangkan publik salahsatunya ada menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Nadiem makarim (35 tahun) yang sukses sebelumnya menjadi perusahaan startup Bos Go-jek , Rektor termuda  se-Indonesia Risa Santoso (27 tahun) yang viral dengan ide dan kebijakannya menghapus skripsi sebagai tugas akhir.Â
Disisi lain ini pertanda positif bahwa pucuk pimpinan yang selama ini di dominasi para orang tua dan senior sudah beralih melirik dan berani mempercayakan kepada generasi milenial. Kebutuhan zaman di era 4.0 sangat pas melekat dengan karakteristik generasi milenial.
Karakteristik Technological Savvy. Generasi millenial sangat kentara dengan kehadiran teknologi digital yang saat ini di gandrungi berbagai entitas kebutuhan. Hampir semua aktifitas generasi millenial saat ini memanfaatkan kecanggihan teknologi yang berkembang sangat pesat. Mulai dari transaksi jual beli, transportasi, hingga urusan keungan. Jati diri milenial terlihat siginifikan dengan paling dominan dalam menguasai dan menjalankan media sosial seperti facebook, instagram, youtube, twitter, dan media sosial lainnya.Â
Laptop, ponsel dan internet seakan menjadi teman abadi dan kebutuhan primer yang tidak dapat dipisahkan dari mereka. Menurut NCF (2013), sekitar 75% milenial adalah technological savvy (ahli dalam teknologi). Riset tersebut mempertegas fakta bahwa hubungan yang terbentuk antara millenial dan teknologi telah menggantikan bentuk-bentuk relasi milenial yang lain. Kita Semua tahu hadirnya Teknologi sangat membantu kebutuhan hidup serba cepat, tepat dan tentunya efektif dan efisien, dan itu tidak bisa di tolak, karena beresiko akan kepunahan atau tergerus.
Karakteristik yang kedua adalah mementingkan Pengembangan Diri (Self-Development), Hasil penelitian Aalto University School Of Business menyebutkan, generasi millenial menganggap pengembangan diri secara personal dan profesional merupakan hal yang lebih penting dalam pekerjaan.Â
Karakter ini sangat cocok dengan tuntutan perubahan yang semakin cepat yang menuntut seseorang untuk selalu menyesuaikan dengan tuntutan yang ada, berbeda dengan generasi X (lahir dibawah 90-an) yang cenderung kurang bisa menerima tuntutan perubahan secara responsif. Dengan munculnya karakter ini apapun tantangan dan tuntutannya maka dengan mudah sesorang untuk terus di upgrade.
Karakteristik yang ketiga adalah membutuhkan sosok pemimpin untuk mengarahkan, bukan mendikte, sehingga nuansa dialogis dan berfikir rasional menjadi kunci kempimpinan, karena mereka lahir dari rata-rata pendidikan yang tinggi sehingga berfikir kritis, visioner dan energik mampu mewujudkan tujuan organisasi.
Pola kepemimpinan yang dibangun bukan gaya bos yang cenderung mendikte melainkan superteam yang kaya akan ide dan narasi yang muncul tidk harus dari top down, tetapi disisi lain mereka tetap perlu di arahkan agar sesuai dengan koridor dan tidak keluar dari jalur, berfikir out of the box bagian dari cara mencari 1000 solusi dan ide untuk melakukan sebuah perubahan.
Karakteristik yang keempat adalah menjadi entrepreneur, tidak peduli apapun jabatan dan pekerjaannya yang penting punya penghasilan. Fakta ini relevan dengan hasil survei bertajuk Indonesia Millennial Report yang dilakukan IDN Research Institute dengan Alvara Research Center.Â
Survei tersebut menyebutkan, sebanyak 55,4 persen millennial mengaku ingin punya usaha sendiri. Artinya tujuh dari 10 milenial memiliki jiwa pebisnis. Ini menjadi solusi atas problematika ekonomi nasional yang harus banyak melahirkan para entrepreneur yang bisa menopang dan memajukan eknomi mikro dan makro dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pola pikir yang dibangun adalah berfikir produktif bukan berfikir konsumtif, lebih baik menjadi penguasa sekalipun di skala kecil daripada karyawan sekalipun skala besarÂ
Mereka generasi milenial berhak diberikan kepercayaan dan kesempatan sebagai future leader tanpa harus melihat usia dan pengalaman, Gubernur DKI Anis Baswedan mengatakan bahwa kami memang tidak punya pengalaman lebih tapi kami punya masa depan yang mana menjadi tanggung jawab kami sebagai generasi penerus.