Mohon tunggu...
Feri Nata
Feri Nata Mohon Tunggu... Guru -

Guru di Sekolah Kristen Calvin, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jika Saya dalam Posisi Ahok...

15 April 2017   20:58 Diperbarui: 16 April 2017   06:00 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tak pikir dua kali, pasti sudah mengundurkan diri. Ratusan ribu orang menuntutnya untuk mengundurkan diri dalam pencalonan kepala daerah. Bukan hanya sekali. Terhitung sudah empat kali demo besar dilakukan terkait kasus penistaan agama. Belum lagi yang ada di daerah-daerah.

Mungkin tak harus sampai ke meja hijau, jika dia sejak awal merespons mundur. Namun, dia tetap tegar. Sekali saja dia menangis sebagai pesakitan dalam persidangan. Kalau saya? Mungkin sudah gemetar. Memikirkan jeruji besi yang menanti.

Dia tak cari-cari alasan. Tiap kali jadwal persidangan, dia ikuti. Berminggu-minggu telah lewat. Dia seumpama ikan salmon yang tegar menerjang arus. Bak pohon tinggi yang diuji oleh angin. Sampai detik ini, pohon itu belum tumbang. Kalau saya? Mending jadi kecambah saja, tak banyak kena angin.

Apa yang dia perjuangkan?

Perjuangan Ahok saat ini, bukan hanya mengupayakan keadilan sosial di ibu kota tercinta. Dia bertahan untuk memastikan kesamaan hak seluruh warga negara. Dia bertahan untuk memastikan Pancasila tetap kokoh sebagai dasar negara ini. Dia bertahan untuk memastikan negara NKRI tidak akan tunduk kepada aksi-aksi anarkisme yang memaksakan kehendak.

Dia bertahan, bahkan sebagai pesakitan, untuk memastikan Bhineka Tunggal Ika tinggal hanya sekadar slogan di ibu pertiwi. Gempuran pilkada kali ini, jauh lebih berat dibandingkan pilkada lima tahun lalu. Bahkan lebih intens dibandingkan pilpres 2014, meskipun dalam lingkup yang lebih kecil.

Satu per satu badai topan melanda pohon tinggi ini. Belum tumbang, pohon ini menjadi lebih “lentur”. Sebelumnya, pohon tinggi ini begitu keras. Tiap kali badai datang, dia lawan, dahan patah tak jadi soal. Sekarang ini, dia tetap kuat, tetapi juga lentur. Tetap tinggi berdiri, tetapi lebih luwes menghadapi badai.

Ikut Gerbong

Saya tidak mampu menanggung badai sebagaimana yang dihadapi oleh Ahok. Namun, saya akan memastikan diri saya ikut dalam gerbongnya. Gerbong yang sedang melaju mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan dewasa dalam berdemokrasi. Gerbong yang menuju pada Indonesia yang berkeadilan sosial. Bagi tiap lapisan. Bagi tiap golongan.

Tidak semua dari kita mampu untuk bertahan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan keadilan sosial di ibu pertiwi. Banyak garong yang terlalu rakus yang berusaha merebut kue besar yang harusnya dibagi kepada rakyat banyak. Beragam program rawan korupsi dapat dilanggengkan oleh maling-maling berjubah pejabat di negeri ini. Mereka semua sedang berupaya merobohkan “gerbong Ahok”. Ditiup angin kencang belum roboh. Ditabrak dari depan belum roboh. Membiarkan gerbong ini berjalan sendirian, saya tidak tega. Saya akan ikut gerbongnya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah akan ikut gerbong ini? Pikirkan dengan nurani. Selamat memilih.

Sumber Gambar: http://fotanews.com/2017/04/04/ahok-menjelaskan-wifi-almaidah-dan-password-kafir/

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun