Neo-Liberalisme
Neo-Liberalisme muncul sebagai versi modern dari Liberalisme klasik, dengan fokus yang lebih besar pada peran institusi internasional dalam memfasilitasi kerja sama. Teori ini, seperti yang dikembangkan oleh tokoh seperti Robert Keohane, mengakui adanya anarki tetapi menekankan bahwa institusi internasional dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu negara-negara untuk saling bekerja sama meskipun tidak ada otoritas global yang mengatur. Neo-Liberalisme berpendapat bahwa meskipun negara adalah aktor utama, perilaku mereka tidak hanya ditentukan oleh kepentingan kekuasaan tetapi juga oleh aturan dan norma yang diciptakan oleh lembaga-lembaga internasional. Melalui institusi ini, negara-negara dapat menciptakan mekanisme untuk memperkuat kepercayaan dan transparansi, mengurangi potensi konflik.
Kesimpulan
Realisme, Neo-Realisme, Liberalisme, dan Neo-Liberalisme semuanya menyadari bahwa sistem internasional bersifat anarkis tidak ada otoritas global yang absolut. Namun, mereka menawarkan penjelasan yang berbeda tentang bagaimana anarki ini memengaruhi perilaku negara. Selain itu, keempat teori ini juga sepakat bahwa negara adalah aktor penting dalam sistem internasional, meskipun Liberalisme dan Neo-Liberalisme juga mengakui peran aktor non-negara.
Perbedaan utama antara Realisme dan Neo-Realisme dengan Liberalisme dan Neo-Liberalisme terletak pada cara mereka melihat kemungkinan kerja sama antarnegara. Realisme dan Neo-Realisme cenderung skeptis terhadap peluang kerja sama jangka panjang, percaya bahwa negara-negara selalu bersaing untuk kekuasaan dan bertindak demi kepentingan mereka sendiri. Sebaliknya, Liberalisme dan Neo-Liberalisme optimis bahwa kerja sama internasional tidak hanya mungkin, tetapi juga diperlukan untuk menjaga stabilitas global. Perbedaan lainnya adalah fokus analitis mereka. Sementara Realisme menekankan kepentingan individu negara dan pemimpin, Neo-Realisme lebih berfokus pada struktur sistem internasional. Di sisi lain, Liberalisme menekankan pentingnya institusi, perdagangan, dan nilai-nilai demokrasi, sementara Neo-Liberalisme menyoroti peran penting institusi internasional dalam membentuk perilaku negara.
Teori-teori Realisme, Neo-Realisme, Liberalisme, dan Neo-Liberalisme menawarkan perspektif yang beragam tentang bagaimana hubungan internasional beroperasi. Meskipun mereka memiliki perbedaan fundamental dalam cara pandang terhadap sistem internasional, masing-masing teori memberikan wawasan yang berharga mengenai cara negara-negara dan aktor-aktor global berinteraksi. Dalam era globalisasi yang terus berkembang, pemahaman mendalam tentang perbedaan dan persamaan di antara teori-teori ini sangat penting untuk memahami dinamika politik dunia masa kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H