Dalam era bonus demografi yang seharusnya menjadi periode emas bagi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial, realitas yang mengkhawatirkan muncul: meningkatnya angka pengangguran sebagai akibat minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Fenomena ini telah membawa dampak yang meresahkan terhadap kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, mengakibatkan konsekuensi ekonomi, lingkungan sosial, mentalitas, dan spiritual yang signifikan. Seiring dengan visi Indonesia 2045 yang bertujuan menuju pembangunan keberlanjutan, penting bagi kita untuk mengkaji dan memahami implikasi yang muncul dari tantangan ini.
Pertama-tama, perlu ditekankan bahwa fenomena meningkatnya angka pengangguran yang dipicu oleh minimnya lapangan pekerjaan memiliki dampak ekonomi yang sangat serius. Keterbatasan peluang kerja berarti bahwa banyak individu, terutama para lulusan baru dari perguruan tinggi, kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Ini tidak hanya menghambat perkembangan pribadi mereka, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan. Pasokan angkatan kerja yang berlimpah akan sia-sia jika tidak ada lapangan pekerjaan yang dapat menyerapnya. Ini dapat mengakibatkan hilangnya potensi produktif serta stagnasi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Lingkungan sosial juga terpengaruh oleh dampak negatif dari minimnya lapangan pekerjaan. Pengangguran yang tinggi dapat memicu meningkatnya tingkat kemiskinan, tidak setara distribusi pendapatan, serta mengakibatkan konflik sosial. Selain itu, dampak psikologis dari pengangguran juga dapat merusak hubungan sosial dan kestabilan keluarga. Beban mental yang diakibatkan oleh ketidakpastian pekerjaan dapat memicu stres, depresi, dan rasa putus asa, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan hubungan interpersonal.
Di samping itu, minimnya lapangan pekerjaan dapat memengaruhi mentalitas masyarakat secara keseluruhan. Orang mungkin merasa frustrasi dengan sistem yang tampaknya tidak mampu memberikan peluang bagi mereka. Ini bisa memicu rasa ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah serta lembaga-lembaga yang ada. Mentalitas negatif ini dapat menghambat semangat berinovasi dan berkontribusi positif terhadap pembangunan nasional. Sementara itu, budaya "bergantung pada pekerjaan tetap" juga bisa menghalangi semangat wirausaha dan kreativitas yang diperlukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang dinamis.
Dampak minimnya lapangan pekerjaan juga merasuki dimensi spiritual masyarakat. Rasa keterpurukan akibat pengangguran dapat memengaruhi pandangan individu terhadap tujuan hidup dan makna eksistensi. Kehilangan pekerjaan yang dianggap sebagai bagian penting dari identitas sosial dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan kebingungan. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan di mana individu merasa dihargai dan memiliki kontribusi berarti sangat penting dalam menjaga keseimbangan mental dan spiritual.
Dalam konteks visi Indonesia 2045 yang mengusung pembangunan keberlanjutan, dampak dari minimnya lapangan pekerjaan menjadi semakin signifikan. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya mencakup pertumbuhan ekonomi yang seimbang, tetapi juga kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Menciptakan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan dan merata menjadi tantangan yang memerlukan kerja sama dari berbagai sektor. Langkah-langkah inovatif, seperti mendorong sektor ekonomi yang berpotensi besar, meningkatkan kualitas pendidikan yang relevan dengan pasar kerja, dan mendukung perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perlu ditempuh untuk mengatasi tantangan ini.
Dalam kesimpulan, fenomena meningkatnya angka pengangguran yang disebabkan oleh minimnya lapangan pekerjaan memiliki dampak yang meresahkan terhadap kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Dampak ini meluas ke aspek ekonomi, lingkungan sosial, mentalitas, dan spiritual. Sementara Indonesia berusaha untuk mencapai pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia 2045, tantangan ini memerlukan solusi yang holistik dan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, meningkatkan kesadaran akan pentingnya wirausaha, serta memperkuat jaringan perlindungan sosial menjadi langkah-langkah penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua warga Indonesia.
Sumber:
Itsojt. 2022. Siapkah Generasi Indonesia 2045 Hadapi Bonus Demografi? Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.its.ac.id/news/2022/11/05/siapkah-generasi-indonesia-2045-hadapi-bonus demografi/#:~:text=Bonus%20demografi%20merupakan%20suatu%20keadaan,menurunnya%20angka%20kelahiran%20serta%20kematian.
Putri, A. 2023. Jumlah Angka Pengangguran Yang Disebabkan Oleh Minimnya Lapangan Pekerjaan di Era Bonus Demografi. Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.kompasiana.com/adistiiip/64e20e9e08a8b574e02fdbb5/jumlah-angka-pengangguran-yang-disebabkan-oleh-minimnya-lapangan-pekerjaan-di-era-bonus-demografi
Hastuti, D. 2020. Agar Bonus Demografi Tak Menjadi Bencana Demografi, Berikut Pandangan Dosen UNS. Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://uns.ac.id/id/uns-update/agar-bonus-demografi-tak-menjadi-bencana-demografi-berikut-pandangan-dosen-uns.html