Mohon tunggu...
Ferian Syach
Ferian Syach Mohon Tunggu... -

Seorang anak kampung, yang tersesat dalam dunia kapitalis. \r\nmencoba untuk keluar dan terus bertahan dengan segala sumber daya yang dimiliki. \r\naktif juga di Blogger www.permatasumut.blogspot,com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golput Tidak Suci

5 April 2014   14:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kata yang sering muncul dan kepikiran di kepala saya adalah "Golput". Istilah ini sering kali muncul ketika pemilu. Golput (golongan Putih) distilahkan orang-orang yang memilih untuk tidak memilih dalam sebuah pemilu. Dalam beberapa kali pemilu di Indonesia ini, Golput menjadi pemenangnya. Nah, Ketika Golput menjadi pemenangya apakah membawa dampak positif bagi kehidupan politikan kita?

Bagi saya, Istilah Golput ini tidak tepat untuk mengistilahkan Golongan orang-orang yang tidak memilih dalam pemilu karena istilah putih lebih cederung dimaknai sebagai kesucian. Sehingga orang-orang yang memilih GOlput ini menganggap dirinya suci terbebas dari politik yang dianggap itu kotor. Nah, Masalahnya ketika Golongan ini menang dalam pemilu, selanjutnya yang memilih yaitu pemilih yang hanya meimlih karena mobilisasi uang, maka Golongan ini memberikan karpet merah kepada orang-orang yang curang, tidak baik, tidak berkualitas memasuki parlemen.

Golput terjadi terkdang bukan karena pilihan untuk tidak memilih tetapi juga karena situasi dan kondisi. Sebagai contoh, Pemilu 2014  ini dilaksanakan pada hari rabu, hari kerja, hari efektif walaupun libur nasional, tapi hari libur yang kecepit diantara hari efektif. Hal ini pastinya tidak menjadi hari yang efektif dalam memilih, kalau libur panjang, maka warga negara akan memilih liburan. Ya, Kita akan galau untuk memilih harinya. Sehingga, warga negara yang cerdas serta proaktif memang menjadi motor penggerak demokrasi.

Jadi, pilihan menjadi Golput bukan berarti anda itu suci tidak termasuk dalam kotornya politik. Tetapi, ditempat kotor itu warga negara harus cerdas memilih dan menentukan masa depannya. Ketika memang anda memiliki kesempatan untuk memilih, pilihlah dengan cerdas, Partai Politik yang benar-benar memihak kepada rakyat.

Bagaimana caranya pun kita harus bisa menekan angka Golput, bukan saja menjelang pemilu, tetapi sepanjang waktu . Pendidikan Kewarganegaraan jangan hanya dijalankan di sekolah saja, tetapi harusnya ada juga dimasyarakat. Sehingga akan terwujud warga negara yang cerdas dan baik, serta otonom tidak digerakan oleh faktor-faktor negatif dalam pemilu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun